Anak Zulhas Minta Nadhiem Pikirkan Nasib Siswa Tak Mampu

oleh
oleh
Wakil Ketua DPRD DKI, Zita Anjani.

JAKARTA, REPORTER.ID – Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Zita Anjani bikin surat terbuka khusus buat Mendikbud Nadiem Makarim. Zita meminta Nadiem membuat panduan pembelajaran jarak jauh (daring) secara detil.

Dikatakan, sampai sekarang belum ada panduan yang jelas sehingga kasihan anak-anak dari keluarga yang tidak mampu, dana BLT-nya habis untuk beli paket internet, mereka mengalami depresi dan trauma.

“Kami tahu Mas Menteri sibuk. Kalau sempat, baca surat saya. Itu curhatan panjang dari emak-emak yang saya dengar hampir setiap hari. Di DKI, kami sudah coba dorong apa yang kami bisa, namun kuncinya ada di pemerintah pusat. Tidak mungkin daerah bikin kurikulum sendiri. Juklak-juknis kan harus dari pemerintah pusat. Kami harap Mas Menteri membuka ruang bicara seluas-luasnya hari ini,” pinta politisi PAN itu.

Dalam suratnya, Zita menyinggung nasib siswa-siswi yang berlatar belakang dari keluarga kurang mampu. Putri Ketum PAN Zulkifli Hasan itu meminta Nadiem harus memikirkan nasib mereka.

“Orang berada (mampu), mungkin, tidaklah terlalu sulit memenuhi keinginannya. Namun, orang-orang tua biasa yang harus menunggu BLT dari pemerintah, tentunya tidak akan mampu berpikir soal paket internet anaknya. Ini tentunya parah sekali, berpikir saja sudah tidak mampu. Anak pun pasti ikut merasakan cemas, trauma, dan takut,” ujar Zita.

Seblumnya Mendikbud Nadiem Makarim menyoroti aspek psikologis siswa dalam melakukan kegiatan belajar di rumah. Dia khawatir siswa kesepian di masa pandemi COVID-19.

“Saya sangat khawatir dengan proses ini. Saya juga sangat khawatir dengan loneliness. Bukan hanya dari kognitifnya,” kata Nadiem dalam telekonferensi di diskusi ‘Distance Learning Affecting Students in New Normal’, Selasa (9/6/2020) lalu.

Dijelaskan, sekolah tidak hanya tempat belajar bagi anak-anak, namun tempat bagi anak-anak untuk melakukan sosialisasi. Menurutnya, hal itu merupakan aspek yang tidak dapat dianggap sepele.

“Jadi itu merupakan suatu hal yang nggak bisa kita minimalisir. Feeling of loneliness atau merasa lonely bagi anak-anak kita dari interaksi fisik yang mereka butuhkan dengan anak-anak lain. itu menurut saya bisa lebih besar risikonya daripada kognitifnya,” ujar Mendikbud. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *