Tak Tepat Membandingkan Kondisi Ekonomi Era SBY dengan Era Jokowi

oleh
oleh
Samuel Simanjuntak, relawan Jokowi.

JAKARTA, REPORTER.ID – Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR RI, Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas mencoba membandingkan kondisi pertumbuhan perekonomian Indonesia di era Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan pemerintahan Presiden Jokowi.

Ibas layaknya memuji prestasi Presiden SBY selama 10 tahun, karena perekonomian nasional ketika itu justru meroket. Belum lagi APBN yang meningkat, kemudian utang dan defisit terjaga dengan baik. Begitu juga dengan pendapatan rakyat semakin membaik, termasuk tingkat persentase kemiskinan dan pengangguran.

Namun, pendapat Ibas tersebut ditolak oleh relawan Jokowi, yang juga aktivis 98, Simson Simajuntak. Dia mengatakan, jika membandingkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di Era SBY dengan era pemerintahan Jokowi sangat tidak aple to aple.

“Yang pantas dibandingkan itu harusnya adalah hasil kerja nyatanya, terutama hasil pembangunan yang nyata bisa dilihat dan dirasakan langsung oleh rakyat,” kata Simson lewat pernyataan pers yang diterima reporter.id , Minggu (9/8/2020).

Menurut Simson, tidak terlalu terlihat hasil konkrit dan nyata yang bisa dirasakan oleh rakyat dari 10 tahun pemerintahan SBY sebagai buah dari pertumbuhan ekonomi yang disebut meroket.

“Saya kira kita bisa mihat dan merasakan sendiri bahwa 10 tahun pemerintahan SBY banyak meninggalkan proyek mangkrak yang menjadi beban pemerintah Presiden Jokowi,” tukas Simson yang juga aktivis senior Repdem ini.

Soal pertumbuhan ekonomi yang disebut lebih tinggi dari saat ini, Simson berpendapat hal tersebut karena berkah meningkatnya harga komoditas global, dan bukan murni dari keberhasilan pemerintahan SBY di dalam mengendalikan pertumbuhan ekonomi Indonesia saat itu.

“Memang harus diakui bahwa sepanjang tahu lalu, perekonomian Indonesia mengalami kondisi yang cukup sulit akibat faktor global. Defisit perdagangan tercatat yang terparah dalam sejarah. Tak hanya itu, defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) juga melebar di atas 3 persen terhadap produk domestik bruto (PDB),” kata Simson.

Sedangkan di era pemerintahan SBY terjadi commodity boom, menyebabkan ekspor membaik, merambat ke sektor lain karena pendapatan juga naik, sehingga berdampak terhadap kenaikan konsumsi rumah tangga.

Sementara di era Jokowi kata dia, nilai tukar rupiah pada tahun lalu saja sempat mencapai level Rp 15.000 per dolar AS, meski hanya berlangsung selama beberapa menit di pasar spot.
Belum lagi sejumlah harga komoditas anjlok akibat adanya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, serta ketidakpastian kebijakan Presiden AS Donald Trump yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi dunia mengalami perlambatan.

“Dan diperparah lagi dengan musibah pandemi Virus Covid 19 yang berakibat terhadap krisis dunia, ujung-ujungnya berdampak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi dalam negri,” kata Simson sambil mengutip paparan dari BPS belum lama ini.

Pemerintah Jokowi juga harus memutar otak membuat ekonomi Indonesia stabil di tengah perlambatan ekonomi global dan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China. Situasi global pun tak pernah bisa diekspektasi, karena selalu berbeda tiap tahunnya, termasuk adanya musibah pendemi Covid 19 yang datang tanpa ada yang memperkirakannya sebelumnya.

Simson mengatakan, semua pemerintahan baru tanpa kecuali pasti mewarisi utang pemerintahan sebelum nya.

“Bedanya, ada yang bisa mengelolanya hingga produktif pada pertumbuhan ekonomi, melunasi utang pada IMF, menurunkan rasio utang pada PDB dan pembangunan infrastruktur,” kata dia.

Diingatkan, dari keterbatasan fisikal akibat beratnya beban subsidi pemerintah terhadap BBM dan kondisi hutang luar negri sepeninggalan pemerintahan SBY, Presiden Jokowi masih mampu melakukan terobosan pembangunan infrastruktur di segala bidang, yang pada pemerintahan sebelumnya nyaris tak mampu dikerjakan.

Simson memuji perkembangan infrastruktur Indonesia yang termasuk sangat cepat. Bukan lagi hanya ibukota dan kota besar, kini daerah terdepan pun juga merasakan dampak dari pembangunan ini.

“Itu semua memang tidak terlepas dari usaha Presiden Jokowi dalam memenuhi janjinya pada rakyat untuk memajukan dan memeratakan pembangunan,” ungkap Simson. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *