Waket Dewan Pakar Partai Golkar Harry F. Sohar (ist)
JAKARTA, REPORTER.ID – Wakil Ketua Dewan Pakar Partai Golkar Harry F Sohar prihatin terhadap partainya. Kata dia, Golkar mati suri, tidak peka terhadap isu-isu aktual. Tokoh-tokoh Golkar yang duduk di DPR maupun di DPP Golkar Slipi tidur semua, tidak tanggap terhadap persoalan-persoalan bangsa yang muncul ke permukaan. Semua ngumpet dan menyelamatkan diri masing-masing. Kondisi seperti ini tak elok dan berbahaya.
‘’Golkar mati suri. Sebagai kader saya prihatin. Saya bertanya dalam hati, pada ke mana pemimpin Golkar, kok tak ada suaranya. Padahal isu-isu aktual banyak sekali, tapi mereka diam seperti takut direcall saja. Saya pikir, Golkar perlu penyegaran. Kita butuh pemimpin baru, yang energik, yang tanggap, dan paham terhadap persoalan bangsa. Kalau senyap terus begini, bahaya,’’ ujar Harry Sohar dalam percakapan dengan reporter.id di Jakarta, Kamis (26/1).
Politisi senior Golkar ini lalu menyebut sejumlah isu yang dicuekin para elit partainya. Harry Sohar memberi contoh, misalnya soal kenaikan beaya haji yang hampir dua kali lipat dan memberatkan para calon jemaah, soal perpanjangan masa jabatan kades menjadi 9 tahun, soal korupsi yang menggurita, soal makin mahalnya harga pangan, dan sebagainya. Menurut dia, semuanya itu mestinya menjadi santapan empuk para kader Golkar di DPR untuk mengkritisi, demi kebaikan masyarakat.
‘’Golkar ini partai besar, Bung. SDM-nya bagus, jaringannya luas, finansialnya oke, dan banyak orang pintar di dalamnya. Golkar ini bukan partai kaleng-kaleng, pernah berkuasa puluhan tahun, kok nggak ada suaranya sama sekali. Dulu, meskipun Golkar itu partai pendukung pemerintah, tetapi kita tetap kritis. Tetap memperjuangkan kepentingan rakyat, kepentingan bangsa. Lha kok sekarang jadi partai pendiam, mati suri, acuh terhadap ketimpangan yang terjadi di masyarakat, kan malu saya jadinya,’’ tegas Harry Sohar.
Harry mengkritik anak-anak muda di Golkar yang tak tampak batang hidungnya dalam membela kepentingan rakyat. Kata dia, sekarang ini Golkar dipimpin anak-anak muda. Mestinya Golkar lebih energik, lebih cepat dan trengginas dalam menyuarakan dan membela aspirasi rakyat. ‘’Lha dipimpin anak-anak muda Golkar malah mlempem kok, nggak ada suaranya, tidur melulu. Itu yang membuat saya sedih. Mestinya mereka kan lebih peka dan lebih tanggap terhadap persoalan. Nggak elok kan kalua begitu, makanya ngomong dong, jangan membisu terus,’’ ujarnya.
Menjawab pertanyaan soal isu yang berkembang bahwa Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan akan memimpin partai Golkar,Harry Sohar mengaku, memang mendengar selentingan itu. Sah-sah saja, karena Luhut juga kader Golkar. Menurut dia, Golkar membutuhkan pemimpin yang mampu dan mahir menggerakkan dan mendinamiskan organisasi. ‘’Kalau Luhut cocok juga, soalnya dia kader Golkar juga, orang militer lagi. Dia jenderal. Dulu Golkar ini didirikan tiga pilar yakni MKGR, Kosgoro, dan Soksi. Ketiganya dipimpin tokoh militer. Soksi dipimpin Suhardiman yang jenderal milter, Kosgoro dipimpin Mas Isman, MKGR dipimpin Pak RH Soegandhi. Ketiganya tokoh militer dan Golkar hebat. Nah, di masa mati suri ini, Golkar perlu dipimpin orang-orang seperti LBP,’’ pungkas Harry Sohar. (HPS)