Laksamana Madya TNI (Purn) Freddy Numberi (net)
Oleh : Ambassador Freddy Numberi
1. Umum
Tampaknya dari konflik antara Rusia dan Ukraina dampaknya meluas. Pada bulan Mei 2024, pihak intelijen NATO David Cattler memperingatkan bahwa Rusia mungkin berencana untuk menargetkan kabel optic bawah laut sebagai pembalasan atas dukungan Barat terhadap Ukraina dalam perangnya melawan Rusia.
Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, Dimitry Medvedev mengeluarkan peringatan keras pada bulan Juni 2024, bahwa kabel bawah laut menjadi target pihak Rusia, karena memunginkan Eropa dan Amerika Serikat (AS) berkomunikasi dengan Ukraina, katanya. Peringatan Medvedev datang setelah pipa Nord Stream 2, yang mentransfer gas dari Rusia ke Jerman diledakkan. Para pejabat Rusia yakin bahwa pihak Barat telah terlibat dalam serangan itu.
Laporan terbaru menunjukan bahwa Ukraina berada di balik serangan itu dalam telegramnya ke internal Rusia, Medvedev mengatakan : “Kalau kita melanjutkan penyelidikan dan terbukti bahwa negara-negara Barat terlibat, maka kita tidak memiliki kendala bahkan moral yang tersisa untuk menghancurkan kabel dasar laut musuh kita.” Medvedev adalah orang kepercayaan dan dekat dengan Presiden Vladimir Putin, memiliki sejarah panjang dalam membuat klaim yang menghasut.
2. Pembahasan
Jaringan luas kabel serat optic bawah laut yang mentransfer data antar benua memang rentan terhadap kekuatan musuh termasuk Rusia. Ini adalah skenario yang menghantui para perencana North Atlantic Treaty Organization (NATO) dan semakin mengkhawatirkan. Jika kabel dirusak atau dinonaktifkan, maka layanan internet yang kita anggap remeh dan diandalkan oleh ekonomi kita, termasuk panggilan, transaksi keuangan dan streaming akan musnah dan hancur, kata Carl Oskar Bohlin, Menteri Pertahanan Sipil Swedia.
Bohlin melanjutkan contoh telekomunikasi yang berjalan di bawah Laut Baltik terputus pada tahun 2023 “ merupakan program eksternal” meskipun dia tidak memberikan penjelasan secara rinci. Pada Bulan Juni 2024, NATO meningkatkan patroli udara di lepas pantai Irlandia untuk mengecek apakah ada aktivitas kapal selam Rusia disana.
Beberapa analisis NATO mengatakan bukan hanya kabel optic di bawah laut yang menjadi sasaran Rusia, tetapi Global Positioning System (GPS) juga menjadi sasaran Rusia, karena baik kabel optic bawah laut dan GPS memiliki kerentanan tersendiri bagi yang pakar dalam bidangnya.
Dalam beberapa bulan terakhir, Rusia telah dituduh menggangu sistem navigasi GPS, menyebabkan malapetaka pada rute penerbangan komersial. Akibatnya, penerbangan dari Helsinki ke Tartu, Estonia, terhenti selama bulan April 2024. Melanie Garson, seorang pakar keamanan dari University College London, mengatakan itu adalah bagian dari kampanye “ zona abu-abu ” Rusia melawan Barat yang melibatkan tindakan rahasia yang berada di bawah ambang perang terbuka.
“Rusia telah lama mengembangkan kemampuan ini dan saat ini merupakan cara yang paling murah dan efektif untuk gangguan zona abu-abu yang berbahaya,” kata Garson. “ Ketika kita meningkatkan ketergantungan pada konektivitas dan tata ruang angkasa dalam segala hal mulai dari pertanian hingga pengiriman makanan terganggu keamanannya, kita yakin bahwa gangguan kabel bawah laut dan GPS adalah sumbernya, “ tambah Garson.
Selama beberapa dekade , dunia bergantung pada data yang dikirim melalui kabel bawah laut yang membentang ribuan mil laut di seluruh dunia. Pada awal abad ke-20, kabel bawah laut membawa signal telegraf dan kemudian panggilan telepon. Professor Robert Dover, seorang pakar internasional dari Universitas Hull di Inggris, mengatakan bahwa kabel bawah laut itu selama perang dingin AS maupun Uni Soviet telah lama menjadi target militer potensial oleh AS maupun Uni Soviet.
Karena dunia lebih bergantung pada internet, kabel bawah laut menjadi semakin vital. Kabel bawah laut itu saat ini membentang sekitar 745.000 mil laut dan bertanggung jawab untuk mentransmisikan 95% data internasional.
“Pertumbuhan komunikasi elektronik membuat kabel bawah laut sangat penting untuk komunikasi internasional, internet, keuangan dan sebagainya menjadi titik kerentanan bagi negara-negara yang menggunakanya secara ekstensif,” imbuh Dover.
Demikian pula, sinyal GPS semakin penting bagi industri penerbangan. GPS digunakan untuk memandu pesawat dengan aman ketujuan dimana pilot mendaratkannya. Pesawat memang memiliki sistem navigasi cadangan jika GPS gagal, tetapi pejabat Baltik memperingatkan bahwa sinyal GPS yang terganggu dapat membahayakan pesawat.
Selama perangnya dengan Ukraina, Rusia telah meningkatkan kemampuan perang elektroniknya (electronic walfare) yang canggih, memungkinkan Rusia untuk mengacak koordinat GPS yang digunakan untuk memandu rudal dan drone dari jarak jauh. Ini adalah sinyal Rusia ke negara-negara Barat, bahwa Rusia punya kemampuan di bidang Electronic Warfare.
“Penargetan Rusia ke GPS untuk penerbangan sipil sangat mengkhawatirkan pihak Barat”, kata Dover. “Ini juga menjadi sinyal bagi pemerintah tentang risiko politik kecelakaan angkutan penerbangan sipil, tidak dapat disangkal oleh siapapun.”
3. Penutup
Rencana cadangan oleh NATO sangat dibutuhkan, kata seorang pakar dari pihak NATO. Pada bulan Juni 2024, NATO telah mengambil langkah untuk melindungi kabel bawah laut dan menyiapkan sistem yang secara otomatis akan memperingatkan bila ada gangguan dan pemecahannya. Tetapi Garson mengatakan itu tidak cukup.
Menurut Garson:” “Negara-negara tidak hanya perlu mengambil langkah-langkah untuk melindungi tetapi juga untuk memastikan bahwa sistem komunikasi tangguh, misalnya, dengan alternatif yang kuat.’’
Garson mengatakan, bahwa satelit yang mentransmisikan data GPS seringkali tidak memiliki perlindungan terhadap upaya gangguan, sementara tugas melindungi kabel bawah laut sering jatuh pada perusahaan swasta yang memiliki dan memeliharanya.
“Ini harus diubah, karena adalah kunci untuk memvisualisasikan masa depan strategis dan harus memiliki ketahanan yang jelas serta memperhitungkan potensi risiko sistemik dan untuk menjaga negara tetap beroperasi jika infrastruktur komunikasi utama terganggu,” kata Garson.
Ini merupakan “lingkaran setan (vicous circle)” dan menimbulkan “security dilemma” bagi pihak NATO dan negara-negara Barat, khususnya bagi Amerika Serikat (AS). Pada bulan September 2014, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan: “If I wanted, in two days I could have Russian troops not only in Kiev, but also in Riga, Vilnius, Tallinn, Warsawa and Bucharest”. (sumber: Douglas E. Schoen, Putin”s Master Plan, London, 2016:hal.52).
(Penulis adalah Laksamana Madya TNI (Purn) Freddy Numberi, mantan Menhub, mantan Menpan-RB, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, mantan Dubes Itali dan Malta, mantan Gubernur Papua, dan pendiri Numberi Center)