PERANG SIBER ANTARA RUSIA MELAWAN UKRAINA

oleh
oleh

Laksamana Madya TNI (Purn)  Freddy Numberi (net)

 

Oleh : Ambassador Freddy Numberi

General Ronald R. Fogleman, U.S. Air Force, mengatakan,  “I don’t think you have to be wearing stars on your shoulders or have commander in your title to be a leader. Anybody who have the knowledge of Cyber Warfare can be a leader anytime” (dimodifikasi dari William A. Cohen, PH.D., Mayor General, U.S. AFR, Ret., Wisdom Of The Generals, New Jersy, 2001:hal.92)

1 Latar Belakang

Globalisasi dewasa ini memberikan tren baru dalam perang, yaitu optimalisasi pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), sehingga perang konvensional antar negara tidak lagi terjadi. Perang yang dominan adalah Cyber Warfare atau Peperangan Siber.

Perang di dunia maya telah menjadi medan perang baru di era globalisasi dewasa ini. Perang Cyber (Siber War) antara Ukraina dan Rusia telah berlangsung sejak Rusia merebut Krimea pada 18 Maret 2014 (Dr. Chase Cunningham, 2020: hal.10).

Serangkaian serangan antara Rusia dan Ukraina, menargetkan infrastruktur, informasi kritis, organisasi pemerintah dan individu. Dibalik setiap serangan militer fisik dan setiap agresi militer terdapat operasi yang tidak terlihat dengan menggunakan Advanced Persistent Threats (Ancaman Persisten Tingkat Lanjut).

Jendral William L. Shelton,Commander, Air Force Space, mengatakan: “saya pikir kebanyakan orang saat ini memahami bahwa siber jelas mendukung spektrum operasi militer, termasuk perencanaan, operasi, pemantauan, dan kemampuan penilaian. Saya tidak dapat memikirkan satu pun operasi militer yang tidak dimungkinkan oleh dunia maya. Setiap sistem persenjataan militer utama, sistem komando dan kontrol, jalur komunikasi, sensor intelijen, fungsi pemrosesan dan penyebaran semuanya memiliki komponen siber yang sangat penting” (Dr. Chase Cunningham, 2020: hal.1).

Ketika Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan pasukan Rusia untuk menginvasi Ukraina, maka jenis perang non-fisik juga dilancarkan oleh Rusia di medan perang lain, yaitu dunia maya. Perang Siber (Cyber War) menjadi alat perang baru antara Rusia melawan Ukraina.

Perang Siber Rusia vs Ukraina menunjukan penggunaan siber di era globalisasi dewasa ini dan pentingnya kerjasama internasional di bawah naungan PBB untuk memerangi ancaman siber tersebut.

2. Strategi Siber

Strategi perang siber mengacu pada penggunaan teknologi digital dan jaringan untuk melakukan tindakan perang agresi terhadap lawan. Rusia dan Ukraina selain perang fisik, juga menggunakan strategi perang siber untuk meretas komputer, mencuri informasi penting dan sensitif, menghancurkan infrastruktur penting dan menggunakan platform online untuk menyebarkan propaganda atau informasi yang keliru.

Perang siber antara Rusia dan Ukraina jelas dilakukan oleh aktor negara , seperti pemerintah atau organisasi militer yang ahli dalam bidang siber ini.

  1. Memahami Perang Siber antar Rusia dan Ukraina Memahami kegiatan perang siber berarti Rusia dan Ukraina menjamin dan menjaga kerahasiaannya. Sangat penting untuk mengetahui tujuan dan hasil yang akan dicapai dalam strategi perang siber. Untuk itu harus memahami betul organisasinya, siapa saja yang kerjasama, tren industri yang mengelolanya, risiko yang dihadapi dan nilai aset yang dimiliki. Semua harus terefleksikan dalam kepemimpinan oleh mereka yang ditugaskan dalam strategi perang siber ini.
  2. Ada tiga pilar dalam membangun strategi siber (cyber strategy)
  3. Memahami ancaman dan risiko. Risiko mengandung tiga elemen dan didefinisikan dalam gambar agar mudah dipahami. Risiko = Ancaman x Kerentanan x Aset ANCAMAN
  4. Dokumentasi yang baik Dokumentasi yang baik memiliki standarisasi antara proses dan orang yang ditunjuk bekerja dalam organisasi perang siber agar bisa mencapai hasil yang diinginkan/dicapai. STRATEGI SIBER MEMAHAMI ANCAMAN&RISIKO MEMAHAMI PERANG SIBER DDOKUMENTASI YANG BAIK KERENTANAN ASET (NILAI & DAMPAK)

Dokumentasi rencana strategi perang siber harus menjamin efisiensi, konsisten dan kedamaian berpikir setiap orang yang terlibat dalam organisasi perang siber.

Ada delapan elemen untuk mencapai strategi siber yang baik dan sukses, yaitu:

(1) What and Why ( Apa dan Mengapa );

(2) Concise and Clear ( Ringkas dan Jelas );

(3) Understandable ( Mampu memahami );

(4) Urgency ( Urgensi );

(5) Choices (Pilihan);

(6) Benefits (Manfaat);

(7) Military Issues (Masalah Militer);

(8) Program of Work ( Program Kerja).

Dapat disimpulkan bahwa strategi siber adalah suatu rencana untuk menata risiko keamanan organisasi militer untuk mencapai tujuan dengan hasil yang baik. Sejak Februari 2022, Rusia melakukan invasi militer ke Ukraina yang didahului oleh rangkaian cyber attack. Perang siber antara Rusia dan Ukraina ditandai dengan berbagai serangan siber dan insiden peretasan telah digunakan sebagai alat politik untuk mendukung tujuan politik kedua belah pihak.

3. Penutup

Strategi siber digunakan oleh Rusia dan Ukraina dengan dua pendekatan yaitu: perspektif pertahanan dan perspektif serangan. Dalam perspektif pertahanan, strategi siber berfokus pada menginformasikan kepada pemangku kepentingan tentang strategi pertahanan yang diterapkan organisasi militer untuk melindungi diri dari ancaman yang teridentifikasi.

Di sisi lain, strategi siber dari perspektif serangan difokuskan untuk membuktikan efektivitas kemampuan keamanan yang ada sehingga dapat menemukan kekurangan dan memperbaikinya. Oleh karena itu, strategi siber dari perspektif serangan secara luas mencakup berbagai metode yang akan digunakan untuk menguji kesiapan organisasi militer, baik Rusia maupun Ukraina untuk siap menyerang.

Pendekatan yang dipilih akan tergantung pada sumber daya yang tersedia dengan tujuan yang ditentukan oleh Rusia dan Ukraina. Dampak lain dari perang siber antara Rusia melawan Ukraina jauh lebih besar dari dampak perang konvensional biasa. Oleh karena itu di era globalisasi dewasa ini setiap negara di dunia membuat infrastruktur keamanan siber yang kuat dan menyeluruh untuk menghadapi kemungkinan segala jenis serangan siber.   (Penulis adalah Laksamana Madya TNI (Purn) Freddy Numberi, mantan Menhub, mantan Menpan-RB, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, mantan Dubes Itali dan Malta, mantan Gubernur Papua, dan pendiri Numberi Center)