Oleh: Ambassador Freddy Numberi
Laksamana Madya TNI (purn)
- Pendahuluan
Seth J. Frantzman, dalam bukunya “Drone Wars, dinyatakan bahwa:
“For military and security agencies, the main users of drone, the UAV (Unmanned Aerial Vehicle) market is expanding as well. There are more than 20,000 military drones in use by 2020. It is a big business too, $96 billion will be spent on military drones between 2019 and 2029”. (New York, 2021)
Selama decade terakhir, jumlah konflik di dunia dimana dron memainkan peran penting terus meningkat. Perang di Irak (2013-2017), perang saudara di Suriah (2011-2023), Yaman (2014-2024), Libya (2014-2020) dan konflik antara Armenia dan Azerbaijan atas wilayah Nagorno-Karabakh yang disengketakan (1988-1994) adalah beberapa contoh mencolok penggunaan teknologi dron untuk tujuan militer. Penggunaan dron dalam konflik ini berbeda baik dari segi ruang lingkup, strategi dan taktik yang digunakan.
Ada perbedaan besar dalam langkah-langkah yang diambil untuk memerangi serangan dron dan untuk meminimalkan konsekuensi dari penggunaannya. Apa yang membedakan konflik di Ukraina melawan Rusia dari semua konflik yang disebutkan di atas adalah penggunaan dron, yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam ruang lingkup dan luasnya misi yang dilakukan dengan bantuan dron. Perlu juga ditekankan bahwa perang tandai dengan penerapan Solusi Commercial off-the-shelf (COTS) yang massif dan belum pernah terlibat sebelumnya untuk pelaksanaan berbagai misi.
Pandangan tentang penelitian baru penggunaan tempur dron komersial dalam konteks konflik Ukraina vs Rusia melibatkan militer kedua negara.
- Pembahasan
Dalam beberapa tahun terakhir ini banyak dron komersial yang digunakan untuk melaksanakan tugas militer dan meningkat sangat signifikan.
Dalam perang Ukraina melawan Rusia, juga banyak dron komersial yang digunakan.
Berikut tabel dron yang digunakan oleh Ukraina dan Rusia.
Dalam penjelasan selanjutnya dapat dilihat analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats) dalam penggunaan Dron sebagai berikut:
a.Kekuatan (Strength):
- Biaya murah;
- Suku cadang tersedia di pasar;
- Dimensinya kecil;
- Pengoperasiannya mudah;
- Terbang rendah;
- Memiliki kemampuan manuver;
- Transportasinya mudah;
- Dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan;
- Alat propaganda yang begitu canggih.
b. Kelemahan (Weaknesses):
- Beban ringan;
- Transmisi terbatas;
- Waktu terbang terbatas;
- Memiliki keterbatasan dibandingkan dron militer;
- Memiliki keterbatasan dalam cuaca jelek;
- Mudah ditembaki oleh artileri musuh;
- Lamban dalam kecepatan.
c. Ancaman (Threats):
- Penerapan dron komersial untuk serangan teroris;
- Aspek etika dari aplikasi dron komersial;
- Larangan ekspor;
- Kesulitan untuk membedakan operator sipil atau operator militer.
- Peluang (Opportunities):
- Pasar yang berkembang;
- Sistemnya mudah didapat di pasar;
- Kecerdasan buatan dan pembelajaran mesinnya tidak rumit;
- Pengembangan sensor dengan kemampuan yang lebih besar.
Field Marshall Maurice Comte de Saxe, French Army, berkata:
“Yang penting adalah peluang yang ada, dan tahu cara menggunakan peluang itu.”(William A. Cohen, PH.D., New Jersey, 200: hal.109).
- Penutup
Penggunaan dron komersial dapat digunakan untuk kegiatan operasi militer melalui beberapa modifikasi.
Dron dapat melakukan misi intelejen, pengawasan, pengintaian dan mengakusisi sasaran militer sesuai keinginan negara yang mengoperasikannya. Dalam perang Ukraina melawan Rusia, beberapa dron komersial dapat ditugaskan untuk operasi militer, telah mengubah karakter peperangan. Dron komersial juga mampu secara akurat mengarahkan penembakan artileri ke unit musuh. Selain itu, dron komersial sangat sulit dideteksi karena profil penerbangan, ukuran, dan kecepatannya.
Ketika musuh mendeteksinya, meluncurkan roket yang sangat mahal harganya pada sasaran dron komersial yang harganya jauh lebih murah.
Dron komersial yang murah mampu menyebabkan kerusakan yang tidak terukur pada pasukan militer.
Apa yang dialami Ukraina dan Rusia mengklaim suatu hari nanti di masa depan dialami oleh negara-negara di dunia seperti bumerang. Dari pengalaman Ukraina melawan Rusia dengan bantuan dron komersial tidak ada hubungannya dengan kepatuhan terhadap Hukum Humaniter Internasional. Produsen dron komersial tidak bisa disalahkan dalam hal ini, karena bukan mereka yang menentukan kebijakan dan keputusan untuk dron komersial itu menjadi senjata militer.
Presiden Rusia Mikhail Gorbachev, mengatakan:
“And, ideally, peace means the absence of violence.”
(The Road We Traveled- The challenges We Face, Moscow,2006: hal.10)
Jakarta, 12 September 2024