LAUT CHINA SELATAN IBARAT “LINGKARAN SETAN” BAGI NEGARA SUPERPOWER AMERIKA SERIKAT DI ASIA-PASIFIK

oleh
oleh

Laksamana Madya TNI (Purn) Freddy Numberi (net)

 

Oleh: Ambassador Freddy Numberi Laksamana Madya TNI (Purn)

 

Bill Hayton, mengatakan:“Laut China Selatan ibarat Vicious Circle bagi Amerika Serikat” (Bill Hayton, The South China Sea, London, 2014: hal. 204)

1. Latar Belakang

Secara sepihak China telah mereklamasi pulau-pulau dan karang di Laut China Selatan (LCS) tanpa memberi tahu, kepada negara-negara tetangga sebagai “claimants” di Laut China Selatan. (U.S Ministry of Defense, December 22, 2015) China yang provokatif dan agresif itu, digambarkan oleh Field Masall Ferdinand Foch, French Army sebagai berikut. “Action is governing rule of war.” (William A. Cohen, PH.D, 2001)

Dengan China memperluas dan memperkuat pangkalan Angkatan Lautnya di LCS, akan mempersulit AS untuk berlayar masuk di LCS, mengejar waktu ke titik-titik strategis yang vital di dunia. Alfred Thayer Mahan mengatakan: “Kekuatan Laut pertama-tama terdiri dari Angkatan Laut yang tepat (proper navy) dan Armada yang tepat (proper fleet), tetapi untuk mempertahankan (in order to sustain) Angkatan Laut yang kuat (Strength Navy), kita harus memiliki yang sesuai dimana Angkatan Laut dapat berlindung dan diperbarui (can be protected and refurnished).” (Nalanda Roy, 2013)

China telah melaksanakan apa yang dikatakan Mahan tersebut, dengan membangun pangkalan Angkatan Lautnya di LCS, karena cocok kedalaman lautnya untuk mengoperasikan kapal selam serta Laut China Selatan tempat berlindung bagi kapal perang Angkatan Laut China. Disamping itu, LCS kaya akan ikan, minyak serta gas. (Nalanda Roy, 2013)

China dengan demikian tidak mencerminkan dan mengabaikan semua perjanjian dengan ASEAN dalam penyelesaian “damai” tanpa “kekerasan” sesuai dengan Deklarasi Phnom Penh, Kambodja, tanggal 4 November 2002 yang ditandatangani bersama antara China dan negara-negara ASEAN. (Nalanda Roy, 2013)

2. Rangkuman Khusus

Dengan China secara agresif mereklamasi LCS, ada beberapa sasaran strategis yang dicapai China sebagai “Super Power” baru di Asia-Pasifik, yaitu:

  1. Memotong rantai hubungan aliansi AS dengan Taiwan, Jepang, Korea Selatan, dan Australia (Brent Droste Sadler, 2023);
  2. Dengan memblokade LCS, berarti ZEE tertutup bagi kapal perang dan pesawat militer AS kehilangan pangkalan-pangkalan serta aliansinya sekitar Asia. (Bill Hayton, 2014);
  3. Tertutup bagi kapal-kapal yang melakukan perdagangan dunia yang lewati LCS dengan nilai US $13 triliun per tahunnya, (Nalanda Roy, 2013);
  4. Taiwan, Jepang dan Korea Selatan menjadi lemah pertahanannya, karena diblokade oleh China. (Bill Hayton, 2014);
  5. Ditambah lagi ADIZ untuk Laut China Timur dan ADIZ lain China untuk Laut China Selatan. Ada dua (ADIZ/Air Defense Identification Zone), berarti ADIZ China yang dipakai, baik untuk Laut China Timur maupun Laut China Selatan. (Brent Droste Sadler, 2013)

Menurut Presiden Barack Obama:“Di semua kawasan, aliansi AS adalah aset terbesar di dunia, tetapi mereka harus dimodernisasi militernya, agar tetap relevan dalam lingkungan kawasan yang dinamis.” (Brent Droste Sadler, 2023)

Deklarasi yang dikeluarkan oleh China, berkaitan dengan Air Defense Identification Zone (ADIZ) membuat para pengamat internasional terkejut. Karena Deklarasi ADIZ oleh China meliputi: Pada tanggal 23 November 2013, sebelum China melaksanakan reklamasi secara total di LCS, China telah mengeluarkan Deklarasi Air Defense Identification Zone pada tanggal 23 November 2013. (Tran Truong Thuy, et al, Building a Normative Order in South China Sea, Sydney University Press, 2020: hal. 156-158)

Deklarasi yang dikeluarkan China secara sepihak, menyangkut LCS yang dibatasi dengan ruang udara yang dikontrol oleh China. Hal ini mencerminkan betapa “agresif” China dengan menutup setiap penerbangan yang lalu lintas di LCS, harus meminta izin ke China.

Pada tanggal 23 November 2013, sebelum seluruh reklamasi di LCS, China telah membuat secara sepihak Air Defense Identification Zone (ADIZ) bagi penerbangan yang lalu lintas di ruangan udara LCS. Hal ini telah membuat “gaduh” pengamat internasional, terutama Taiwan dan Korea Selatan sebagai aliansi Amerika Serikat (AS).

Menurut BrentDroste Sadler:“No matter whatfuture technological or societal change come, navies are built to operate at sea and will remain so dedicate.” In the 2015, “Cooperate Strategy for the 21st Century Sea Power,” mission included and remain relevant in 2024, forwarded presence, detterence, sea control, power projection, maritime security, humanitarian assistance and disaster relief (HA/DR).” (Brent Droste Sadler, 2023).

Presiden Franklin Delano Roosevelt (1938-1945), Presiden AS ke-32, berkata depan kongres AS pada tanggal 2 Desember 1992: “Angkatan Laut yang baik bukanlah pemicu perang. Ini adalah jaminan ketenangan dan perdamaian.” (Brent Droste Sadler, 2023).  (Penulis adalah mantan Menhub, mantan Menpan-RB, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, mantan Dubes Indonesia di Italia merangkap Malta, mantan Gubernur Papua, dan Pendiri Numberi Center).

Jakarta, 24 Desember 2024