JAKARTA, REPORTER.ID – Wakil Ketua DPR RI Rachmat Gobel menilai kedatangan Perdana Menteri (PM) Jepang Yoshihide Suga ke Indonesia bukan sekedar kunjungan kenegaraan biasa, namun membawa pesan khusus dalam rangka menjaga jembatan kerja sama kedua negara yang sudah terjalin selama 62 tahun. Kunjungan ini memberi sinyal kepada Pemerintah, agar tidak melupakan peran strategis Jepang membangun harmoni geopolitik dan ekonomi dunia bersama negara para mitra.
“Kunjungan PM Suga memiliki pesan kuat dan strategis dari Jepang kepada mitranya di ASEAN, termasuk Indonesia. Di bawah pemerintahan siapapun, Jepang selalu berkeinganan merajut hubungan yang hangat. Komitmen selalu hadir sebagai mitra terkuat ASEAN, khususnya Indonesia untuk kepentingan stabilitas politik dan ekonomi, baik dalam kancah regional maupun global,” tegas Rachmat seusai menghadiri jamuan PM Yoshihide Suga dan alumni mahasiswa Jepang dari Indonesia, di Jakarta, Rabu (21/10/2020).
Komitmen ini menurut Waketum NasDem, itu yang perlu dibaca oleh Pemerintah, berbagai lembaga terkait dan pelaku usaha. Menurutnya, 62 tahun kerja sama Indonesia-Jepang telah memberi kontribusi secara berkesinambungan dalam pembangunan Indonesia di berbagai sektor. “Jepang tidak hanya hadir sebagai salah satu investor asing terbesar di bidang industri migas dan nonmigas, tetapi juga berperan besar dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia,” ungkap Pimpinan DPR RI Koordinator Bidang Industri dan Pembangunan itu.
Pasca kunjungan PM Suga, Rachmat berharap, komitmen kerja sama Indonesia-Jepang di berbagai sektor akan semakin besar. Ia optimis, ketika melihat data pertumbuhan perdagangan dan investasi Jepang ke Indonesia yang dilansir Jetro menunjukkan pertumbuhan kinerja ekonomi Indonesia ke Jepang meningkat secara signifikan. Total investasi perusahaan Jepang sepuluh tahun terakhir hingga 2018 tercatat 31 miliar dollar AS yang ditanamkan di sektor industri, infrastruktur, dan jasa.
Sementara itu, kontribusi ekspor perusahaan Jepang terhadap total ekspor Indonesia ke pasar dunia mencapai 24,4 persen. Serapannya, sebanyak 7,2 juta pekerja dan hampir 90 persen perusahaan Jepang di Indonesia memberikan pelatihan kepada lebih dari 50.000 pekerja dan profesional. Sementara di bidang infrastruktur salah satunya adalah membangun pembangkit listrik berkapasitas 17 Gigawatt.
Di bidang peningkatan sumber daya manusia, hasil survei yang dilakukan setiap tahun oleh Japan Student Services Organization (JASSO) menunjukan jumlah siswa Indonesia yang belajar di Jepang meningkat dua kali lipat dalam lima tahun terakhir hingga mencapai 6.277 orang pada tahun 2018, meskipun secara rasio masih di bawah Vietnam. Vietnam yang telah mengirimkan 72.345 orang siswanya pada tahun 2018, padahal total populasi Vietnam hanya 96 juta jiwa.
Rahmat menilai, kunjungan PM Suga ke Indonesia juga membuka peluang besar kepada pelaku ekonomi nasional dalam berbagai sektor diantaranya keuangan, perdagangan, industri manufaktur, serta infrastruktur. Ini dilakukan untuk perluasan kerja sama yang sudah berjalan maupun kerja sama baru, dengan pebisnis Jepang yang ikut dalam rombongan tersebut.
“Dari kunjungan ini kita dapat saksikan langsung perkembangan dan hasil kerja sama Indonesia-Jepang dalam berbagai sektor, termasuk progres proyek infrastruktur yang dibiayai Jepang. Ini harus dimanfaatkan untuk menggali berbagai peluang baru. Semoga kunjungan ini mengkalibrasi hubungan dari hati ke hati sesuai dengan Doktrin Fukuda, menjadi lebih kuat lagi,” ujarnya.
Ke depan, ia berharap melalui instansi terkait Pemerintah perlu terus menjaga hubungan baik dengan menjamin adanya regulasi yang adil untuk semua negara mitra Indonesia, termasuk Jepang. Terlebih, ditengah perkembangan industri dan teknologi informasi yang masih akan terus berkembang secara pesat di masa mendatang.
“Sepanjang hubungan terjalin secara adil kepada seluruh negara mitra strategis tradisional, kita bisa berharap tidak hanya nilai investasi yang akan meningkat, kualitas investasi pun akan mampu memperkuat struktur ekonomi nasional dan menghadapi berbagai tantangan di era industry 4.0, termasuk mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045 yang dicanangkan Presiden Jokowi,” pungkas Gobel.