Dedi Mulyadi: Influencer Jangan Bermain Agama dan Pancasila

oleh

JAKARTA, REPORTER.ID – Anggota DPR RI Dedi Mulyadi meminta pemerintah menertibkan influencer atau buzzer yang merasa lebih agamis dan Pancasilais. Sebab, perilaku mereka tidak mencerminkan nilai yang dianutnya dan sering bebuat kisruh sehingga berbahaya bagi keutuhan negara.

Fenomena yang terjadi saat ini adalah banyak influencer dan buzzer yang muncul dalam dua kutub kekuatan. Pertama, adalah yang mewakili diri sebagai representasi agama. Lalu kutub kedua adalah mereka yang merepresentasikan diri Pancasilais.

“Saya bilang kedua kutub yang agamis dan Pancasilais ini sering kali ucapannya tidak mencerminkan perilaku. Kerangka pemahaman terhadap nilai yang dianutnya rendah, sehingga ini sangat berbahaya untuk keutuhan negara,” tegas Dedi dalam keterangannya, Senin (1/2/2021).

Menurut Dedi, dua keompok yang sering kali berseberangan ini juga berbahaya dalam pandangan secara luas. Jangan sampai nanti kegagalan orang dalam merepresentasikan agama dianggap publik sebagai kegagalan agama. Begitu juag, kegagalan orang dalam mewakili Pancasila disebut kegagalan Pancasila.

“Sehingga di Indonesia ini tidak boleh ada siapa pun yang merasa paling sok merepresentasikan diri dari sebuah nilai dasar yang sangat tinggi,” kata mantan bupati Purwakarta itu.

Dia mengimbau influencer atau buzzer agar lebih muncul merepentasikan diri dengan pikiran dan gagasan dirinya sendiri. Tidak mengutip dan tidak menafsirkan berdasarkan baik kerangka berpikir Pancasila maupun agama.

Karena itu, Dedi meminta pemerintah menertibkan influencer dua kutub itu. Sebab, mereka sering kali menggunakan simbol-simbol kesucian dan adiluhung, tetapi ucapannya kotor serta perilakunya tidak berbudaya.

“Ini harus segera ditertibkan kelompok-kelompok ini karena merekalah yang membuat kisruh negeri ini. Membuat ketidaknyamanan dan akhirnya menggerek orang menjadi dua kutub,” katanya.

“Masa kita digerek orang-orang yang tak memiliki referensi pengetahuan memadai, yang hanya akan membawa masyarakat berkonflik dalam kebodohan,” pungkas Wakil Ketua Komisi IV ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *