Cak Nun dan Gus Miftah Soal Abu Janda

oleh

JAKARTAREPORTER.ID – , Abu Janda menghebohkan percakapan dunia maya melalui cuitannya di twitter dengan Tengku Zulkarnaen yang menuai reaksi protes, cacian, dan kemarahan warga net. Bukan tanpa sebab, ikhwal penggunaan kata Islam arogan dalam cuitannya tersebut dinilai tidak pas dan tidak pantas.

Seperti yang diutarakan Cak Nun dalam unggahan kanal Youtube-nya CakNun.com pada tanggal 1 Februari 2021, dia mengatakan Abu Janda salah mengaransemen kalimat dalam mengutarakan maksud.

“Makanya saya kira kalimat itu salah aransemen,” kata Cak Nun dalam postingan tersebut di menit 9.28.

Sebelum mengutarakan hal tersebut Cak Nun terlebih dahulu membedah agama dalam perumpamaan nasi, beras, padi. Jika nasi adalah ciptaan manusia kemudian beras juga ada partisipasi manusia dalam proses pembuatannya, maka padi tidak diciptakan oleh manusia, atau dengan kata lain ciptaan Tuhan.

Dalam konteks ini, Cak Nun mengembalikan maksud tulisan Abu Janda memaknai Islam arogan dalam posisi nasi, beras, atau padi. Kalau dimaknai dalam posisi nasi, maka Islam arogan lebih tepatnya ditujukan kepada umat agamanya. Namun, jika dimaknai di posisi padi maka pemilihan kata tersebut menimbulkan tanda tanya baru apakah bisa Zat yang Maha Kuasa, Maha Pencipta, berprilaku demikian.

“Sekarang saya tanya, yang dimaksud agama Itu padi apa nasi? Kalau dia nasi, berarti sasaran arogan itu berarti manusia. Kalau yang dimaksud kalimat tadi adalah padi, berarti sasarannya adalah Tuhan… Jadi, kata arogan itu tidak berlaku kepada selain manusia. Maka kalau Islam itu arogan agak tidak masuk akal karena yang arogan itu adalah Muslim bukan Islam,” kata Cak Nun lagi di menit 3.54.

Sementara dalam konteks kearifan lokal, Cak Nun menanggapi jangan sembarangan menggunakan kalimat tersebut.

“Lokal itu kan seolah-olah apa yang dilakukan orang Sunda itu tidak dapat dilakukan orang Irlandia… Saya memahami, saya menemukan bahwa setiap kearifan lokal itu sebenarnya berlaku universal. Karena, itu lahirnya… dari otentisitasnya sebagai manusia, tidak dari budayanya. Jadi, kearifan lokal itu tolong dipelajari lagi. Kita jangan mudah ngomong menyebut kata-kata yang kuncinya kita tidak tahu,”

Pada kesimpulannya, Cak Nun tidak mempersoalkan masalah hukum Abu Janda. Akan tetapi, Abu Janda memilih kalimat yang menyamaratakan maksudnya, sehingga umat secara umum menjadi sakit hati.

“Saya tidak mempersoalkan ini melanggar hukum apa tidak, karena itu nanti ada ranahnya sendiri. Saya tidak mempersoalkan ini menghina atau tidak, monggo tapi intinya saya mengurusi apa yang kamu maksud kearifan lokal itu,”

Hal yang sama diutarakan oleh Gus Miftah dalam Talk Show Inews Room dalam topik “Abu Janda ditinggal gerbong”, yang dipublikasikan melalui akun Youtube Official INews diunggah pada tanggal 1 Februari 2021. Gus Miftah dalam Talk Show tersebut mengatakan agar Abu Janda lebih arif dan lebih bijak.

“…karena apapun itu twitmu mengundang keresahan masyarakat,” kata Gus Miftah.

Dalam banyak kesempataan ia mengakui sering kali berbeda pendapat dengan Abu Janda. Misalnya, dalam peristiwa pemenggalan seorang guru oleh muridnya di Perancis yang membuat presiden Emmanuel Macron mengatakan Islam itu agama yang tertinggal. Gus Miftah menututurkan Abu Janda mengejek peristiwa tersebut, sementara saya menyarankan agar Presiden Joko Widodo memberikan komentar atas peristiwa tersebut, bahwa hal tersebut tidak benar.

“Banyak jemaah saya di Perancis sehingga dikhawatirkan menjadi sasaran kemarahaman warga perancis,” Kata dia.

Terakhir, gus miftah mengatakan dalam bebergai kesempatan tersebut abu janda sering kali seolah-olah mewakilkan NU. Terkait peristiwa Abu Janda mengatakan Islam arogan menjadi puncak dari unek-unek Gus Miftah terhadap Abu Janda atas perbuatannya tersebut.

“Kalau bicara kecewa, saya kecewa. Tetapi ketika dia menjelaskan kemudian meminta maaf saya juga memaafkan,” pungkasnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *