Nasaruddin Umar: PTIQ/Istiqlal Buka Kader Ulama Internasional

oleh

JAKARTA,REPORTER.ID – Rektor Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran (PTIQ) Prof Dr Nasaruddin Umar, MA menegaskan jika PTIQ kerjasama dengan Mudzakarah Masjid Istiqlal, Jakarta akan membuka Pendidikan Kader Ulama (PKU) kelas Internasional. PKU ini secara khusus berkonsentrasi pada kajian-lajian keulamaan yang dipimpin langsung oleh Prof DR KH Quarish Shihab, MA, Prof DR. Said Agil Al-Munawar MA, dan Prof DR Ahmad Thib Raya MA.

Selain itu oleh para pengajar program pasca sarjana PTIQ Jakarta. “Kenapa dengan PTIQ, bukan kerjasama dengan UIN Syahid Jakarta? Hal itu karena PTIQ yang dipercaya dan dianggap representaif oleh masyarakat untuk melakukan pengkaderan ulama,” demikian Nasaruddin Umar saat diskusi webinar nasional tentang ‘Peran Alumni dan Masa Depan PTIQ’ pada Sabtu (6/2) malam.

Hadir antara lain Ketua IKAPTIQ H. Jazilul Fawaid, Warek dan Direktur Pasca Sarjana PTIQ H. Darwis Hude, Rektor UIN 2014-2019 H. Dede Rosyada, Wakil Rektor UNUSIA KH. M. Mujib Qulyubi, Rektor Universitas Ibnu Chaldun H. Musni Umar, Rektor UNW Mataram H. Lalu Abdul Muhyi Abidin, Pengurus YARSI H. Uun Munir Romdon, Kaprod Ekonomi Islam UIN Semarang H. Ade Yusuf Mujaddid, dan lain-lain.

Menurut Nasaruddin, PKU ini merupakan terobosan baru PTIQ. Ditambah lagi dengan membuka PKU Perempuan (PKUP). Sehingga PKUP ini merupakan yang pertama kali di dunia. Sementara ini ada 40 orang mahasiswa untuk dua kelas. Setelah dibicarakan dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indoensia (PPPA) I Gusti Ayu Bintang Darmawati, dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, baik yang program reguler maupun perempuan semuanya mendapat apresiasi dan akan didanai oleh LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) – Kemenkeu RI.

“Alhamdulillah kita mendapatkan hotel dan akan diserahkan ke Istiqlal untuk PKU PTIQ/Istiqlal tersebut. Kami juga sampaikan ke Presiden Joko Widodo dan jajaran pejabat lainnya dan semuanya sangat apresiatif ,” kata Nasaruddin.

Pasca launching hampir tiap hari PKU menerima komunikasi dan permintaan dari Dubes Jepang, Denmark, Amerika Serikat, Inggris, Korea Selatan, Malaysia, dan negara lain, bahwa mereka ingin memasukkan calon ulama negaranya ke PKU. Karena itu, PKU membuka kelas internasional.

Saat shalat Jumat di Istana Negara pada Jumat (5/2) lalu, PM Malaysia Muhyiddin, juga ingin memasukkan kadernya ke PKU. “Saya tanya kenapa tidak dikirim ke Al Azhar Mesir? Muhyiddin menjawab, karena perkembangan Islam di Indonesia itu moderat dan sesuai dengan kultur kita,” jelas Nasaruddin.

Dikatakan, jika pihaknya mengikuti semua permintaan luar negeri, PKU bisa membuka hingga 5 kelas, karena ada satu negara yang minta lebih dari 1 kelas. AS sendiri tentaranya ada lebih dari 300.000 orang yang beragama Islam dan mereka jabatannya hingga perwira tinggi, mereka juga ingin melihat pangkaderan rohani Islam (Rohis) di Istiqlal.

Khusus untuk PKU Perempuan menurut Nasaruddin, PKU mengembangkan kurikulum baru, sehingga di kemudian hari tidak msutahil MUI akan dipimpin oleh ulama perempuan. Karena itu, KH. Quraish Shihab meminta PKU ini tidak main-main, harus benar-benar melakukan pengkaderan ulama. “Tidak seperti yang ada, asal-asalan. Sehingga di PKU nanti ada 3 guru besar dari Universitas Al Azhar Mesir, Australia, AS dan negara lain, yang semuanya merupakan islamolog internasional,” jelas Nasaruddin lagi.

Untuk semnatara ini yang sudah berjalan adalah PTIQ sudah dipercaya oleh TNI AD, AL, dan AU, dimana semua Rohis-Rohisnya dari pusat sampai kabupaten sudah mulai belajar perkembangan wawasan keislamannya oleh alumni PTIQ. Dan, seluruh pembiayaannya ditanggung oleh masing-masing kesatuan. baik TNI AD, AL, dan AU. “Imam Masjid Istiqlal itu 100 persen alumni PTIQ, warna Istiqlal itu PTIQ, berikut imam dan muadzinnya. Itulah yang diapresiasi masyarakat, sehingga PTIQ yang diajak kerjasama untuk PKU tersebut,” kata Nasaruddin.

Ketua Umum IKA PTIQ yang juga Wakil Ketua MPR H. Jazilul Fawaid mendukung rencana Institut PTIQ Jakarta menjadi universitas dalam rangka menyongsong setengah abad usia Institut PTIQ. Hanya saja ia minta core utama dari PTIQ sebagai pusat kajian ilmu Al-Quran tidak hilang.

“Nanti kalau sudah menjadi universitas, saya dengar Pak Rektor akan membuka jurusan Kedokteran dan Budaya Nusantara. Itu bisa menjadi nilai keunggulan PTIQ asal apa yang menjadi core utama PTIQ yakni kajian ilmu-ilmu Al-Quran tidak hilang. Kita bisa belajar dari UIN Jakarta, yang dulu dikenal sebagai kampus pembaharu Islam yang menonjol jurusan Aqidah Filsafat, tapi hari ini jurusan itu malah sepi peminat,” kata Gus Jazil.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *