BNPT Mau Tetapkan OPM Sebagai Teroris, Filep: Pemerintah Harus Belajar dari Gus Dur

oleh

JAKARTA,REPORTER.ID – Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi III DPR RI, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme membuka peluang untuk diusulkannya KKB dan OPM menjadi organisasi teroris. Usulan tersebut akan diteruskan dalam diskusi bersama Komnas HAM serta perwakilan DPR RI pada Senin (22/3) lalu.

Menanggapi hal itu, Filep Wamafma, Senator dari Papua Barat menekankankan bahwa kerusuhkan dan kekacauan di Papua adalah persoalan yang kompleks. Menurutnya, kekecewaan masyarakat bukan hanya pada OPM tapi pada pelaku pelanggaran HAM yang juga dilakukan oleh oknum aparat negara.

“Menurut saya, fokus pemerintah yang utama adalah penuntasan sejumlah kasus pelanggaran terhadap warga sipil di Papua. UU HAM dan Peradilan HAM menuntut diselesaikannya berbagai pelanggaran HAM di Papua yang dilakukan atas nama penegakan keamanan dan ketertiban di Papua. Jadi fokus negara tidak sekadar menetapkan KKB/OPM sebagai teroris,” tegas Filep, Rabu (24/3).

Yang utama dan yang pertama kata Filep ialah pemerintah berkewajiban menuntaskan pelanggaran HAM berat yang dilakukan oknum-oknum militer terhadap warga sipil sebagaimana hasil temuan KOMNAS HAM dan pihak-pihak lain misalnya dari agama, adat, dan lembaga internasional.” Urai Filep Wamafma.

“Minset Pemerintah tidak berubah. Padahal, dengan melakukan tekanan terbukti gagal sejak lama. Titik tekannya adalah Pelanggaran HAM yang terjadi sudah sejak puluhan tahun. Itu yang seharusnya diselesaikan. Dari dulu kita usulkan pendekatan dialog,” kata Filep.

Dikatakan, pemerintah harus membuka mata dan memikirkan semua hal tersebut. Perspektif yang diambil harus dari dua pihak, bukan sekadar dari cara pandang Pemerintah saja.

“Secara teoritis, harus ada keadilan sebagai kejujuran, justice as a fairness, supaya jangan ada persoalan baru lagi di mana warga sipil menjadi korban akibat pengambilan kebijakan sebagaimana usulan BNPT tersebut,” ungkap Filep.

Filep menyebut upaya diplomasi pernah berhasil di era almarhum Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Menurutnya, Gus Dur telah menunjukkan contoh yang patut dengan membuka ruang dialog yang egaliter, sehingga mampu menggugah rasa cinta Orang Papua terhadap Pemerintah. “Era Gus Dur bisa menjadi acuan Pemerintah dalam mengambil kebijakan.
Belajarlah juga pada Soekarno yang melakukan diplomasi cerdas, berjumpa dengan tokoh-tokoh yang mencari keadilan. Ada banyak hal yang bisa dilakukan yang menunjukkan kewibawaan Pemerintah,” jelas Filep.

Akhirnya sebagai Senator Papua Barat, Filep mempertanyakan semua janji Presiden di berbagai forum, terkait penuntasan pelanggaran HAM di Papua. Dimana janji-janji tersebut hanya berjalan di tempat.

“Bagaimana rakyat bisa percaya pada Pemerintah jika semua janji tersebut tidak ditepati? Apa gunanya semua rekomendasi lembaga-lembaga independen di bidang HAM terhadap Pemerintah, bila semua hanya berpikir soal pendekatan represif? Jika warga sipil terutama Orang Papua menjadi korban dalam kebijakan selanjutnya, maka sebaiknya dibuka ruang dialog yang bermartabat agar keadilan itu lebih berdampak kepada masyarakat sipil,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *