Sekjen Gugus Tugas BNPT: Ketimpangan Ekonomi dan Minimnya Wawasan Kebangsaan Timbulkan Radikalisme

oleh
oleh

JAKARTA, REPORTER.ID- Bibit kekerasan, non toleran, radikal dan puncaknya menjadi teroris, itu terjadi melalui tahapan.Tidak mungkin seseorang tiba tiba menjadi radikal dan menjadi teroris. Demikian dikatakan Sekretaris Jendral (Sekjen) Gugus Tugas Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) H Denny Sanusi BA di Jakarta, Minggu (16/5/2021).

Menurut Denny Sanusi yang juga menjabat Sekjen Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) & Lembaga Persahabatan Ormas Keagamaan (LPOK) ini, cukup lama dia mengadakan penelitian mengapa saat ini masalah radikalisme menjadi sangat serius dalam masyarakat, terutama di kalangan grassroot.

“Setelah kami analisa secara mendalam maka ada dua penyebab utama seseorang cenderung menjadi radikal. Yaitu satu, ketimpangan ekonomi yang sangat tajam. Dan kedua, pengetahuan dan wawasan kebangsaan mayoritas masyarakat kita sangat minim,” kata Denny Sanusi.

Dia menyebut ketimpangan ekonomi kita sangat tajam dengan memberi ilustrasi kekayaan 4 pengusaha Indonesia sama dengan pendapatan 100 juta rakyat kita.
“Kedua hal itulah yang sangat urgent sekali di samping ada penyebab lainnya,” imbuh Denny.

Karena itu selama masalah tersebut masih ada di masyarakat, maka potensi radikalisme dipastikan masih ada.

Karena itu Denny Sanusi yang juga menjabat Plt Ketua Umum DPP PITI Persatuan itu memberikan masukan atau solusi untuk mengurangi potensi seseorang menjadi radikal.

“Pemerintah wajib mengeluarkan kebijakan ekonomi yang prorakyat yaitu dengan mengeluarkan peraturan perdagangan yang memihak masyarakat. Ini pernah dilakukan oleh Malaysia dan cukup berhasil,” ujarnya.

Diakuinya, hal tersebut harus dilakukan dengan serius dan memang perlu waktu.
Lebih lanjut Denny Sanusi menilai, pengetahuan dan wawasan kebangsaan masyarakat saat ini sangat mengkhawatirkan.

“Kaum muda sudah sangat cuek sekali dan mereka sudah tidak peduli lagi tentang bangsa dan negara. Mereka hidup glamor, santai dan tidak mau bekerja keras untuk meningkatkan kualitas hidupnya,” keluh Denny.

Karena itu Sekjen Gugus Tugas BNPT ini berpendapat bahwa sudah waktunya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bersama Menteri Agama mengeluarkan kebijakan pengajaran tentang moral dan budi pekerti yang saat ini sudah ditinggalkan.

“Kami sampaikan agar pemerintah serius untuk mengembalikan mata pelajaran tersebut,” kata Denny Sanusi.

Ia masih ingat waktu zaman sekolah dahulu betapa semua siswa sangat menghormati orang tua dan gurunya. “Malah kita cenderung takut dan segan kepada beliau karena sangat berwibawa sekali. Suasana itulah yang sangat kami rindukan, agar penuh keberkahan dan kedamaian,” tambahnya..

Diharapkan hal ini mendapat tanggapan serius dari pihak yang berkompeten terutama pada semua pihak yang peduli pada generasi muda agar mereka dapat menjadi generasi milenial yang membanggakan bagi bangsa Indonesia.(PRI).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *