Oleh Fuad Bawazier
Sebagai warga DKI tentu kita bersyukur kepada Allah Yang Maha Esa dan berterima kasih kepada Gubernur DKI Anies Baswedan, karena paling tidak untuk sementara ini kasus Covid-19 turun secara signifikan. Menurunkan ketegangan dan stres kita sebagai warga DKI, setelah selama satu setengah tahun ini selalu was was. Tentu saja kita harus tetap waspada dan disiplin protokol kesehatan (prokes).
Sebagai Ibukota, Jakarta adalah wilayah yang paling padat penduduk, paling mobil penduduknya dan pintu gerbang utama masuknya orang asing ke Indonesia. Sehingga, menjadi kota yang paling rentan terpapar Covid sekaligus tersulit mengatasinya. Hal yang sama juga terjadi di kota kota besar lainnya seperti New York City dan New Delhi, yaitu wilayah wilayah yang paling berat memerangi wabah.
Kini DKI tidak lagi menjadi provinsi juara Covid-19, tapi berstatus sebaliknya. Positivity rate di DKI tinggal 9,9 persen sementara nasional masih 32,7 persen. Ini penjelasan Ketua Satgas Covid PB IDI, Prof Zubairi Djoerban per tanggal 14 Agustus 2021. Yang terpapar Covid-19 di DKI per tanggal 14 Agustus hanya 1363 sementara nasional 28.598, artinya hanya 4,7 persen. DKI tidak lagi masuk 3 besar Covid seperti yang dulu dulu. Padahal DKI ditengarai yang paling terbuka dengan data Covid. Artinya tidak menyembunyikan data.
Prestasi yang terpenting atau tertinggi dibandingkan provinsi lain adalah jumlah vaksinasi di DKI yang mencapai 97 persen penduduk dan penduduk non DKI yang divaksin 3,7 juta. Sementara di provinsi lain, beda kabupaten/ kotanya saja bisa ditolak vaksinnya meski masih dalam provinsi yang sama. Gubernur DKI berpikir dan berwawasan nasional, yaitu semua warga Indonesia harus divaksin.
Apalagi bagi Indonesia, saya yakin satu satunya solusi adalah secepatnya menuju atau mewujudkan herd immunity atau kekebalan masyarakat.
Menurut WHO, untuk mencapai herd immunity, vaksinasi minimal harus 70 persen penduduknya. Tapi saya pribadi tidak mau menjadi bagian 30 persen yang tidak divaksin. Terlalu berisiko. Jadi demi keadilan dan keberhasilan maksimal, lebih baik bila 100 persen penduduk divaksin. Lebih aman. Singkat cerita, DKI telah berubah dari daerah yang terparah kini menjadi daerah yang paling sukses dalam pengendalian Covid-19.
Keberhasilan ini jelas dari keseriusan Anies Baswedan yang sejak awal wabah tidak pernah menganggap enteng. Anies selalu serius, konsisten dan memimpin sendiri. Saking seriusnya sampai sering di-bully dan dituduh macam macam. Misalnya kebijakan Gubernur DKI pernah di tuduh menurunkan IHSG (indek harga saham gabungan), padahal yang dilakukan Anies adalah kebijakan untuk mencegah penyebaran Covid, melindungi nyawa warganya.
Untungnya komunitas internasional termasuk WHO dan Kedubes kedubes asing di Jakarta mengapresiasi kebijakan dan keseriusan Gubernur DKI. Bahkan banyak kawan kawan yang berbisik ke saya bahwa kalau saja sejak awal yang ditunjuk menjadi Komandan nasional melawan Covid-19 adalah Anies, mungkin keadaan sekarang sudah jauh lebih baik lagi. Tapi saya katakan bahwa itu tidak mungkin, sebab kedudukan atau jabatan Anies Baswedan adalah Gubernur DKI. Bernegara itu harus teratur tidak boleh asal tunjuk.
Selamat kepada Pemprov DKI. Semoga Pemprov yang lain segera menyusul, dan Indonesia mencapai herd immunity. Amin ya Robbalalamin. (Fuad Bawazier adalah mantan Menkeu, mantan Dirjen Pajak)