JAKARTA, REPORTER.ID– Seorang gadis kecil berseragam SD sudah siap di depan rumahnya dengan tas gamblok di punggungnya.
“Mami, kenapa hati Dedek deg degan ya?” ujar anak tersebut yang bernama Najwa. Ia membahasakan dirinya dengan nama Dedek karena dia putri bungsu dua bersaudara keluarga Gusti Ichsan warga Malaka Jaya, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur.
Mamanya, Ny Ina Ridwan Ichsan tertawa sambil bertanya, “Nah lo, kenapa deg degan?”.
Najwa mengaku kepengin cepat bertemu sahabat-sahabatnya kelas 4 SDN Malaka Jaya 07. Disebutnya nama Anya, Adit dan lainnya.
Maklum sudah satu setengah tahun tak bertemu sejak sekolah ditutup untuk belajar temu muka akibat pandemi Covid 19. Perlengkapannya dicek. Hand sanitizer dan masker cadangan sudah dibawa. Maka berangkatlah Najwa diboncengkan sepedamotor bebek oleh mamanya.
Di sekolah sudah ada anak-anak lain berseragam putih merah. Mereka antre di wastafel dan dicek suhu badannya dengan thermogun.
Hari itu adalah pertama kali dibuka pembelajaran tatap muka di 610 sekolah seluruh DKI Jakarta, 196 di antaranya sekolah di Jakarta Timur, termasuk SDN Malaka 07, SMP Corpatarin dan SMK Malaka.
Pulang sekolah Najwa terlihat agak kecewa. Sebab belajarnya hanya dua jam. Itu pun masuk sekolahnya tidak tiap hari.
“Besok dan lusa tidak masuk sekolah lagi. Kelas 4 masuknya hanya tiap hari Senin. Tadi begitu kata Bu Rizka,” Najwa bercerita.
Mamanya yang menjadi Korlas atau koordinator kelas menjelaskan, kelas Najwa ada 31 siswa. Namun yang diizinkan oleh orangtua masing masing untuk mengikuti PTM hanya 20 anak, termasuk Najwa.
Itu pun dibagi 2. Masing masing 10 anak pertama masuk kelas jam 07.00 -09.00 dan 10 anak kedua masuk jam 09.00 -11.00.
Diumumkan pula bahwa kelas 4, masuknya hanya tiap hari Senin. Karena itu Najwa merasa kecewa, karena masuk sekolahnya ternyata seminggu sekali.
Meskipun waktunya singkat menurut Najwa pelajaran yang diterima dari guru dapat dimengerti dengan jelas. Beda dengan diterangkan orangtua sulit diterima.
“Tentu saja kalau di rumah banyak mainnya,” sergah Sang Mama. Sementara Emira teman sekelas Najwa Rabu (1/9) masih belajar secara daring di rumahnya. Namun tetap berseragam Pramuka.
Lain lagi dengan Diah Yuni Purwitaningsih guru mata pelajaran teknik instalasi tenaga listrik di SMK Malaka di Jl Raya Mawar Merah, Pondok Kopi, Jakarta Timur.
Ia juga gembira saat mengajar pada Pembelajaran Tatap Muka (PTM) hari pertama 30 Agustus tersebut.
“Wah tiga jam saya cuap-cuap di depan kelas tak terasa. Tahu-tahu merasa haus,” kata Bu Yuni yang alumnus UNJ itu mengungkapkan kebahagiaannya Rabu (1/9).
Ia menghitung sekarang ini PTM ketiga selama pandemi. PTM pertama bulan April pasca Idul Fitri yang lalu, lalu ada PPKM tutup.
PTM kedua hanya 2 pekan, saat kasus Covid 19 melonjak distop. Jadi sekarang PTM ketiga sejak 30 Agustus yang lalu.
Menurut Yuni tadinya tiap hari siswa SMK Malaka masuk dengan 10 jam pelajaran dari pukul 07.00 sampai dengan 11.50
. “Kalau PTM ketiga ini cuma boleh sampai jam 10.00 WIB karena hanya
6 jam pelajaran,” ungkapnya.
SMK Malaka yang telah puluhan tahun dirintis oleh ahli beton Indonesia Ir Rooseno itu Senin yang lalu sempat dikunjungi pejabat Sudin Pendidikan Jakarta Timur 1, Kepala Puskesmas, dan Lurah Pondok Kopi Rasikin.
Wakil Kepala Sekolah SMK Malaka, Makmuri Dedo mengatakan Kepala Sekolah Heru Wulandono bersama guru lainnya menerima para tamu tersebut.
Dijelaskan oleh Makmuri Dedo, dari hampir 700 orang siswanya, hari itu yang hadir tercatat hanya 112 orang.
“Itupun dibatasi sehari hanya 3 jam mulai jam 07.00 sampai jam 10.00,” kata Makmuri.
Sementara dari 56 orang gurunya juga hanya separuh yang datang ke sekolah.
“PTM atau sekarang PPKB yaitu Pembelajaran Pada Kenormalan Baru di sini berjalan lancar,” katanya.
Fasilitas yang diperlukan seperti beberapa wastafel untuk mencuci tangan dengan sabun dan thermogun yang terpasang di depan pintu telah disiapkan untuk memonitor suhu tubuh siswa maupun guru yang masuk sekolah.
Lurah Rasikin selaku Kepala Satgas Covid 19 Kelurahan Pondok Kopi mengharapkan agar semua pihak menjalankan Prokes dan PHBS di sekolah, agar keadaannya cepat normal bebas dari pandemi.
Sementara Kepala Sudin Pendidikan Jakarta Timur 1, Linda Romauli Siregar, menjelaskan saat ini sekolah di Jakarta Timur yang melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka atau PTM ada 196 sekolah dari PAUD, TK, SD, SMP sampai SLTA.
Jumlah tersebut terdiri atas 94 sekolah di Sudin Jakarta Timur 1 yang meliputi 5 Kecamatan yaitu Kecamatan Cakung, Duren Sawit, Pulogadung, Jatinegara dan Kecamatan Matraman. Sedang dari Sudin Jakarta Timur 2 ada 102 sekolah meliputi 5 kecamatan lainnya yaitu Kramat Jati, Pasar Rebo, Ciracas, Makasar dan Kecamatan Cipayung.
Dijelaskan oleh Linda Romauli Siregar, jadwal pembelajaran tatap muka di sekolah itu sudah ditentukan oleh Dinas Pendidikan DKI Jakarta.
“Agar memudahkan untuk mengontrolnya,” tambahnya.
Mengenai bagaimana pelaksanaan PTM di sekolah sekolah Jumat (3/9) yang lalu Walikota Jakarta Timur Muhammad Anwar bersama Sekko dan Kasudin Jakarta Timur 1 meninjau SDN Rawamangun 12 di Kompleks IKIP Jakarta. Walikota Anwar usai peninjauan mengharapkan agar protokol kesehatan dilsksanakan dengan baik serta sekolah melakukan kerja sama dengan Puskesmas untul kesehatan para siswanya.
Dari dialognya dengan para siswa Walikota Anwar mengetahui bahwa para siswa SD menghendaki pembelajaran tatap muka dapat diteruskan.
“Kalau selama ini kepesertaan siswa baru 50 persen kita harapkan ini berjalan baik dan dapat ditingkatkan lagi menjadi 75 bahkan 80 persen,” harapnya. (Suprihardjo).