JAKARTA, REPORTER.ID – Wakil Ketua MPR RI H. Jazilul Fawaid berharap KSAD Dudung Abdurraman melanjutkan niatnya untuk merekrut santri sebagai parjurit TNI. Sebab, langkah ini sebagai penghargaan terhadap sejarah dan peran santri, kiai, dan para ulama dalam mewujudkan kemerdekaan bangsa ini.
“Santri itu terbukti memiliki sejarah panjang dengan berdirinya NKRI ini. Bahkan perannya sudah dilakukan jauh sebelum Indonesia merdeka, sampai lahir resolusi jihad NU 22 Oktober 1945, Laskar Hisbullah, Fisabilillah, dengan arek-arek Soroboyo pada 10 November 1945,” tegas Jazilul Fawaid.
Hal itu disampaikan Gus Jazil dalam diskusi 4 Pilar MPR RI “TNI Rekrut Santri untuk Memperkokoh NKRI” bersama Khairul Fahmi, Co-Founder Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) di Gedung MPR RI, Senayan Jakarta, Rabu (8/12/2021).
Gus Jazil yakin sikap KSAD itu mempunyai niat baik untuk tidak menghilangkan sejarah peran santri, pesantren, kiai, dan para ulama dalam berdirinya NKRI ini. Dan, kalau sekarang ini diungkapkan lagi oleh KSAD maka santri dan pesantren harus menyiapkan diri untuk menjadi prajurit TNI.
Hanya saja pemeirntah dan KSAD sendiri mesti memahami tipologi, aliran, ideologi, mazhab dan sebagainya, karena kini banyak kelompok yang mengklaim memiliki santri dan pesantren. “Artinya, semangat santri dan pesantren yang direkrut harus cinta tanah air (hubbul wathon minal iman). Bukan kelompok yang mau mengganti Pancsila dengan khilafah dan memusuhi negara,” kata Wakil Ketua Umum DPP PKB itu.
Menurut Gus Jazil, sikap KSAD itu menunjukkan bahwa TNI ingin diisi oleh prajurit-prajurit yang loyal dan membawa agama sebaga alat perjuangan sekaligus perdamaian untuk masyarakat, bangsa dan negara. Bukan untuk melawan negara. Apalagi diduga ada anggota TNI yang terpapar paham radikalisme, maka langkah KSAD itu harus diapresiasi.
“Maka, tidak salah kalau TNI menguji tes masuk khusus bagi santri dengan lagu hubbul wathon minal iman. Toh, lagu ini bukan saja untuk santri, tapi untuk bangsa Indonesia, karena di dalam syairnya sama sekali tak menyebutkan untuk Islam, tapi untuk bangsa Indonesia. Sama dengan lagu Indonesia Raya,” ungkapnya.
Sementara itu, Khairul Fahmi menilai sesungguhnya TNI sudah lama melibatkan Santri dalam kesatuannya dari level Tantama sampai petigggi TNI.
“Jadi, langkah KSAD ini tidak ingin memutus sejarah atas peran santri dalam mewujudkan Indonesia merdeka. Namun, tetap harus hati-hati. Jangan sampai memunculkan polemik dan kegaduhan baru,” ungkapnya.