JAKARTA,REPORTER.ID – Ketua DPR Puan Maharani mendorong pelajar perempuan untuk berani mengambil peran untuk menjadi pemimpin di masa depan. Sama dengan pelajar laki-laki, menurutnya, pelajar perempuan juga memiliki kompetensi diri sekaligus potensi yang besar untuk membangun Indonesia yang lebih baik.
“Saya bisa berada di sini (menjadi Ketua DPR), jadi ini bukti bahwa perempuan bisa memiliki kesempatan yang sama. Perempuan itu bisa maju. Perempuan berhak memperoleh tempat yang adil sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya,” tegas Puan dalam forum Indonesia Student Leadership Camp (ISLC) Universitas Indonesia Tahun 2023 di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (25/9/2023).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022, proporsi perempuan bisa mencapai 32,26 persen dari jumlah penduduk di Indonesia. Dari statistik tersebut, peran perempuan dianggap sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan ekonomi kreatif Indonesia. Apalagi saat ini perempuan berpotensi mengambil porsi 64,5 persen sebagai pelaku industri kreatif di tanah air.
Dari laporan tersebut, ia menilai perempuan mampu bisa menjadi pemimpin yang bisa menjaga keseimbangan antara dunia profesional hingga rumah tangga. Dihadapan 100 ketua osis yang mewakili pelajar Indonesia, Politisi Fraksi PDI-Perjuangan itu turut mengingatkan untuk tidak menyerah meraih cita-cita yang diimpikan.
Mewujudkan kesetaraan gender, imbuhnya, tidak bisa hanya sekadar menunggu tanpa usaha yang keras. Sebab itu, ia berharap para pelajar saling mendukung satu sama lain secara positif. “Pelajar muda seperti kalian ini punya kapasitas belajar yang sangat besar. Untuk meraih cita-cita dan mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur tidak bisa hanya diam saja. Setiap dari kalian harus belajar sungguh-sungguh dan bekerja keras,” ujarnya.
Wakil Ketua Komisi X DPR RI Agustina Wilujeng Pramestuti menekankan bahwa Generasi Z harus mengasah kemampuan diri dengan berbagai kegiatan positif di luar sekolah. Jika hanya mengandalkan ijazah saja, menurutnya, akan sulit bagi para pelajar untuk mampu bersaing sekaligus beradaptasi dengan tantangan yang terjadi.
“Pelajar itu harus menjalani sekolah kehidupan, seperti membangun jaringan, bernegosiasi dengan teman-teman, mengalami kegagalan dan bangkit dan itu perlu banyak dilakukan, dijalani dan terjadi. Jadi, ikutilah kegiatan informal dan ekstrakurikuler apa aja, jangan mau dibatasi oleh gerak yang mengatakan ini peserta dibatasi. You want it, fight for it,” pungkasnya.