RUSIA VS UKRAINA, PERANG DINGIN BARU DI EROPA

oleh
oleh

Laksamana Madya TNI (Purn) Freddy Numberi (net)

 

Oleh: Ambassador Freddy Numberi

Winston Churchill, mengatakan: “Kisah umat manusia adalah Perang. Kecuali selingan singkat dan genting, telah ada kedamaian di dunia; dan sebelum sejarah dimulai, perselisihan yang mematikan bersifat universal dan tak berkesudahan”. (sumber: Annie Jacobsen, Nuclear War, London, 2023: hal.VII)

1. Latar Belakang

Pada tanggal 18 Maret 2014, Presiden Rusia Vladimir Putin, memerintahkan pasukan Rusia untuk menginvasi dan menduduki Krimea bagian dari Ukraina. Hal ini mengagetkan semua pihak di Barat, terutama NATO dan Amerika Serikat. Ukraina sejak perjanjian Budapest pada tanggal 5 Desember 1994, memiliki wilayah yang berbatasan (lihat Peta-1):
a. Belarus di bagian Utara;
b. Polandia, Slovakia, Hongaria dan Serbia di bagian Barat;
c. Moldova dan Rumania di bagian Selatan; dan
d. Rusia di bagian Timur.
Bagian Timur yang berbatasan dengan Rusia adalah wilayah yang paling rawan, karena sejak menduduki Krimea, Rusia juga mengontrol Donbas pada tanggal 24 Februari 2022.

Peta-1: Wilayah Ukraina
(sumber: Luke Harding, Russia’s Bloody War and Ukraine’s Fight For Survival, London, 2022:hal.VI)

Rusia juga menempatkan pasukannya yang jumlah terbatas di Kherson, Zaporizhzhia dan Luhansk pada tanggal 24 Maret 2022. Dengan demikian sebagian wilayah Ukraina telah dikuasai Rusia. Rusia membangun batas wilayah yang sudah dikuasai, dimulai dari Krimea, Kherson, Zaporizhzhia, Donestk, Donbas sampai di Luhansk pada tanggal 20 September 2022.

Ukraina melakukan pembalasan sekitar Timur Kharkiv dan Utara Slovjansk serta Bakhmut pada tanggal 6-12 September 2022, tetapi gagal karena tidak mendapat dukungan dari pihak NATO dan AS. Menurut Douglas E. Schoen dalam bukunya Putin’s Master Plan (London, 2016), pihak NATO dan AS diam saja. Padahal menurut Schoen, NATO harus kembali ke akarnya, yaitu: “Mencegah dan membela Ukraina terhadap agresi Rusia”.

Sayangnya, NATO, karena anggotanya lebih sibuk dengan terorisme Islam, telah gagal untuk mencegah ancaman Rusia dan telah menempatkan keselamatan Eropa dan Amerika Serikat dalam bahaya.

2. Pembahasan

Sudah sepuluh tahun berlalu, sejak Rusia menduduki Krimea 18 Maret 2014. Pada bulan September 2014, Vladimir Putin mengatakan: “If I wanted, in two days I could have Russian troops not only in Kiev, but also in Riga, Vilnius, Tallinn, Warsaw and Bucharest”. (sumber: Douglas E. Schoen, Putin”s Master Plan, London, 2016:hal.52).

Konfrontasi Timur-Barat atas Ukraina, menyebabkan aneksasi Moskow atas Krimea. Hal ini berpotensi menjadi krisis internasional terburuk dalam lebih dari lima puluh tahun. Perjanjian Budapest pun diabaikan Putin, karena menyangkut harga diri orang Rusia.

Banyak pengamat mengatakan, bahwa terjadi Perang Dingin baru di Eropa, bukan Berlin tetapi di perbatasan Rusia. Jika pasukan NATO bergerak menuju perbatasan Polandia dan Ukraina, seperti apa yang dimintakan Washington dan Eropa, itu adalah “lampu hijau” untuk Vladimir Putin mengirim pasukannya ke Ukraina Timur.

Hasilnya akan menjadi bahaya perang yang sebanding dengan Krisis Rudal Kuba tahun 1962. Bahkan NATO dan AS serta pihak Barat “mengisolasi Rusia”, Moskow tidak akan tinggal diam dan tunduk kepada AS dan sekutunya, konsekuensinya sangat mengerikan.

Secara politik dan ekonomi Rusia akan berpaling ke China sebagai sekutunya sesuai perjanjian Shanghai Cooperation (SCO). AS berisiko untuk kehilangan mitra di bidang-bidang penting keamanan nasionalnya sendiri, dari Iran, Suriah dan Afghanistan hingga ancaman perlombaan senjata baru, proliferasi nuklir dan lebih banyak terorisme bermunculan dimana-mana.

Masalah demokratisasi Rusia akan sangat berkurang setidaknya selama satu generasi, menurut para pakar di Eropa. Mengapa Perang Dingin Baru di Eropa ini terjadi, bahkan hampir dua puluh tiga tahun setelah berakhirnya Komunisme Soviet. Moskow dan Washington memproklamirkan era baru “persahabatan dan kemitraan strategis”.

Presiden Rusia Vladimir Putin, dituduh oleh Presiden AS Barack Obama sebagai mata-mata. Menurut pernyataan ini, kekuasaan “otokratis” didalam negeri Rusia dan kebijakan “imperialis neo-Soviet” di luar negeri, melumpuhkan kemitraan strategis yang didirikan pada tahun 1990-an oleh Presiden Bill Clinton dan Boris Yeltsin. Banyak pengamat di AS terkejut dengan pernyataan Obama. Premis dasar dari hubungan AS-Rusia luntur karena pernyataan Obama dan krisis Ukraina.

Rusia secara resmi mengumumkan aneksasi Krimea pada tanggal 18 Maret 2014. Putin melampiaskan kebencian Moskow yang sudah berlangsung lama terhadap AS dan Eropa. Meskipun ekonomi Rusia kurang memuaskan pemerintahan Putin atas sanksi ekonomi yang diberikan oleh Eropa, tetapi Rusia tidak gentar dan terus membangun kemampuan militernya.

Hingga tahun 2030, Vladimir Putin merencanakan membangun dan memiliki:
a. 100 ICBM, tipe RS-28 Sarmat;
b. 2000 tank generasi baru, tipe T-14 Armata;
c. 600 pesawat terbang modern, tipe PAK FA fighter, dikenal dengan nama T-50;
d. 8 kapal selam Nuklir;
e. 50 kapal tempur (warships);
f. Artileri baru untuk pertahanan udara; dan
g. 17.000 baru kendaraan militer.
(sumber: Douglas E. Schoen, London, 2016:hal.55).

3. Penutup

Bagi Rusia tidak ada konsekuensinya, bila mengancam NATO, AS dan militernya di Eropa. Rusia sudah lama memiliki pandangan bahwa aneksasi Sebagian wilayah Ukraina bisa meredam sanksi ekonomi yang diberikan Uni Eropa.
Presiden Rusia Vladimir Putin, mengatakan :
– “Referring to Western, primally American, Policy – makers since the 1990s, they were trying to drive Rusia into some kind of corner, have lied to us many times, and Ukraine have crossed the line”
– “Everything has its limits”
(Sumber: Stephen F. Cohen War With Russia?, New York, 2019:hal. 17 ).

Kehadiran Angkatan Laut (AL) Rusia di Laut Hitam merupakan jawaban kehadiran NATO di perbatasan Ukraina. Komandan AL Rusia di Laut Hitam melaporkan kepada Vladimir Putin bahwa AL Rusia akan mendeploy tambahan kekuatan sebanyak 80 kapal perang di Laut Hitam dan membangun pangkalan AL di sana pada tahun 2020. Armada AL Rusia di Laut Hitam berjumlah 206 kapal perang.
Menurut New York Times: “It’s a rivalry some already call a new Cold War – Ini adalah persaingan, beberapa orang sudah menyebutnya Perang Dingin Baru“. (Sumber: Douglas E. Shoen, Putin’s Master Plan, London, 2016: hal. 59). (Penulis adalah Laksamana Madya TNI (Purn) Freddy Numberi, mantan Menhub, mantan Menpan-RB, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, mantan Dubes Itali dan Malta, mantan Gubernur Papua, dan pendiri Numberi Center)