Analis Cikini Studi Mensinyalir Kemarahan Presiden ke Pembantunya, Pengalihan Isu

oleh
oleh
Analis Cikini Studi, Teddy Mihelde Yamin.

JAKARTA, REPORTER.ID – Analis Cikini Studi, Teddy Mihelde Yamin mensinyalir kemunculan rekaman lama Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang sedang marah-marah ke jajaran menteri dan pimpinan lembaga negara, karena tidak maksimal bekerja di saat pandemi virus corona atau Covid-19, hanya sebagai pengalihan isu RUU Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) yang minggu lalu begitu panasnya masalah tersebut.

“Bagaimana tidak? Keriuhan dan ketegangan RUU HIP yang mengakibatkan penolakan massal ummat Islam di berbagai daerah, disusul saling melaporkan ke polisi oleh balasan dari kader partai berkuasa saat ini di beberapa daerah, akibat adanya pembakaran bendera saat aksi demo di DPR. Tentu efeknya adalah eskalasi politik nasional meningkat drastis yang membahayakan kestabilan nasional,” beber Teddy Yamin dalam keterangan tertulisnya, Selasa (30/6/2020).

Mengingat kader partai ‘Banteng Moncong Putih’ ini tersebar luas di berbagai daerah, begitu pula dengan ormas Islam yang juga tersebar di perbagai penjuru, dikhawatirkan jika tak terkendali dan dialihkan perhatian rakyat kepada isu yang lebih besar, maka akan berdampak luas.

Jadi, menurut Teddy Yamin, jika tiba-tiba muncul rekaman lama bahkan kadaluarsa Presiden Jokowi yang sedang marah-marah kepada jajaran kabinetnya dan Lembaga negara, dirinya justru melihat dari sisi yang berbeda. Kemunculan video tersebut bukan sesuatu yang tidak dipertimbangkan betul momennya, tapi sesuatu yang direncanakan untuk maksud dan suatu tujuan, yakni meredam suatu masalah yang lebih besar.

“Ternyata benar ‘masuk itu barang!’ Tidak sampai menunggu waktu lama, sesaat setelah di-upload oleh akun Youtube Sekretariat Presiden, Pidato Jokowi pada Ahad sore (28/6), kejadian kadaluarsa yang sebenarnya berlangsung pada hari Kamis (18/6). Tak menunggu waktu lama, sekalipun cerita basi, ada jeda waktu 10 hari, tetapi ketika diucapkan oleh Presiden di hari minggu yang di kalangan jurnalis biasanya sepi berita, spontan disambut gempita dan langsung viral, ditonton jutaan netizen,” katanya.

Menurut Direktur Eksekutif Cikini Studi itu, jika mereview sampai di sini, Biro Pers Istana Kepresidenan tampaknya telah berhasil menguasai pemberitaan, mengambil alih berita tentang penolakan masif RUU HIP yang panas dan sensitif itu. Penolakan yang menjalar di berbagai daerah dan diberitakan di berbagai media mainstream nasional dan linimasa sosial media, belakangan dikuatirkan akan menimbulkan gesekan yang semakin tak terbendung.

Sementara mengenai topik yang dikeluhkan dan cara yang dilakukan Presiden dengan melontarkan kekesalannya sekaligus marah-marah di hadapan sidang kabinet dan Lembaga Negara, Teddy melihat kalau sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru. Bukan juga sesuatu yang istimewa, terlebih ini cerita lama yang bukan rahasia lagi jika jajaran Kementerian yang mendukung kerja Presiden sejak zaman dahulu juga lelet.

“Setelah hampir 2 minggu berlalu teguran Presiden ke jajarannya, apakah ada perubahan? Apakah ada efek dari marah-marah terbuka Presiden yang digoreng media dalam beberapa hari ini? Sampai di sini, terlihat Presiden Jokowi seorang yang terlihat berani mengorbankan diri dan jajarannya. Tetapi sebaiknya, kita tidak mudah juga terbius dengan siasat yang dikemas Biro Kepresidenanan. Demi suatu tujuan yang lebih penting, nggak ada salahnya memgumbar aib sendiri,” demikian sindir Teddy. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *