Pengamat Militer: Tingkatkan Kemampuan dan Persenjataan Militer Guna Hadapi Ancaman Hibrida

oleh
oleh
Pengamat Intelijen, Nuning Kertopati.

JAKARTA, REPORTER.ID – Pengamat Militer dan Intelijen, Susaningtyas NH Kertopati yang akrab dispa Nuning, menilai bahwa Hari Ulang Tahun (HUT) ke-75 Tentara Nasional Indonesia (TNI) Tahun 2020 terbilang cukup unik. Karena, kondisi negara yang masih berjuang menghadapi pandemi virus corona atau Covid-19.

“Sejak Maret tahun ini TNI bersama Kementerian dan instansi Pemerintah yang lain serta seluruh komponen bangsa bahu membahu menangani korban yang terinfeksi sekaligus berusaha memutus rantai penularan,” kata Susaningtyas lewat keterangan tertulisnya, Senin (5/10/2020).

Sebab itu, lanjut Susaningtyas, TNI dituntut mampu merespon bencana non alam ini secara terukur dan sistematis.

“Pengalaman TNI selama beberapa tahun terakhir menghadapi bencana alam kini diproyeksikan menghadapi bencana non alam,” ucapnya seraya menuturkan, Operasi Militer Selain Perang (OMSP) menghadapi bencana non alam seperti menghadapi pandemi Covid-19 merupakan pelajaran berharga untuk mengantisipasi terulangnya kembali Pandemi dikemudian hari.

Dari Perspektif Sistem Pertahanan Negara, lanjut Nuning, maka OMSP menghadapi Pandemi Covid-19 juga dapat diterapkan menghadapi ancaman senjata biologis. Dengan parameter dan indikator yang sama, kata dia, maka kemampuan TNI menghadapi ancaman senjata biologis pada gilirannya juga bisa diimplementasikan untuk menghadapi Senjata Pemusnah Massal (Weapon of Mass Destruction) lainnya.

“Ancaman senjata nuklir, senjata kimia dan senjata radiasi juga memiliki skala tinggi untuk dideteksi dan ditangkal,” ujar Nuning lagi.

Oleh karena itu, melalui peringatan HUT ke-75 ini, TNI diharapkan segera meningkatkan kemampuan dan persenjataannya untuk menghadapi ancaman CBRN (Chemical, Biology, Radiation and Nuclear).

“Wabah Covid-19 merupakan ancaman nirmiliter. Ancaman nirmiliter berbeda dengan ancaman militer dan ancaman nonmiliter. Ketiganya kini dikenal sebagai ancaman hibrida dan telah merubah perspektif ancaman di masa mendatang. Senjata biologi dan pertahanan negara anti senjata biologi merupakan ilmu pengetahuan yang harus dikuasai TNI,” sambung mantan Anggota Komisi I DPR RI ini.

Ia pun menambahkan, melihat semakin luasnya ancaman, dalam kurun waktu ke depan TNI membutuhkan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM)-nya sebagai bagian modernisasi Alutsista. Sehingga dibutuhkan kemampuan manajemen tempur dan diplomasi militer yang handal. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *