JAKARTA, REPORTER.ID – Indonesia dengan Malaysia kompak menentang diskriminasi produk minyak sawit oleh Uni Eropa (UE). Indonesia dan Malaysia pun sepakat melawan kampanye antisawit dari Uni Eropa.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Staf Kepresidenan (KSP), Moeldoko dalam Webinar Nasional ‘Strategi Penguatan Kebijakan Pengelolaan Sawit’, Rabu (10/2/2021).
Moeldoko mengatakan, Indonesia memiliki kebun dan produksi sawit terbesar di dunia. Kekuatan besar ini menurut Moeldoko mestinya diberdayakan dengan sungguh-sungguh, sehingga bisa bermanfaat bagi banyak masyarakat.
“Sebagai produsen terbesar, mestinya Indonesia memiliki posisi tawar yang kuat, akan tetapi, produksi sawit ini ditentang oleh Uni Eropa,” sebut dia.
Menurutnya, Indonesia mengajukan gugatan kepada UE melalui Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Selanjutnya pada Februari 2021, Presiden Jokowi sudah bertemu PM Malaysia dan bersepakat Indonesia-Malaysia akan melawan kampanye hitam antikelapa sawit.
Lebih lanjut dia mengatakan, dengan adanya kesepakatan ini, secara regional Indonesia telah mendapatkan dukungan dari Malaysia, dan kemungkinan besar juga dari negara-negara yang mendapatkan diskriminasi.
“Pemerintah selalu memberikan dukungan kepada petani padi hingga kelapa sawit. Diharapkan dengan dukungan ini, petani dan pengusaha dapat membantu pemerintah dalam menerapkan praktik pertanian yang baik dan berkelanjutan,” harapnya.
Menurutnya, hal yang perlu dipahami adalah upaya pemerintah dalam mengadvokasi produk sawit di UE melalui perbaikan tata kelola. Upaya ini diwujudkan dalam beberapa langkah, mulai dari penyuluhan, bimbingan, dan tata kelola.
“Perlu dipahami bahwa sumber daya anggaran dari pemerintah memiliki keterbatasan, sehingga kadang belum bisa secara optimal bantu. Apabila masih ada kekurangan dan keterlambatan kami mohon masukan dan saran, untuk pecahkan masalah itu. Jadi gimana kami bisa kolaborasi,” paparnya. ***