JAKARTA, REPORTER, ID- Taman Fatahillah di Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat sebagai jantung Kota Tua dalam pandemi ini terlihat sepi.
Gerbang masuk Kawasan Kota Tua di ujung Jl Pintu Besar Utara dari arah selatan selalu terlihat tertutup dan dijaga Satgas UPK Kota Tua yang berseragam abu-abu.
Ternyata Museum Wayang yang hanya seratusan langkah dari gerbang tersebut ada saja pengunjungnya.
Ny Hendarti Soewarno bersama suaminya Sabtu (22/5/2021) berkunjung ke Museum Wayang. Ia mengaku melihat dari luar museum itu, tampak sepi. Di depan tak terlihat orang orang antre. Sedang di plaza Taman Fatahillahpun tak ada orang melintas kecuali satu dua petugas.
Ternyata di dalam museum sudah ada beberapa pengunjung. Kemudian beberapa belas menit bertambah dan bertambah lagi pengunjungnya.
Kepala Satuan Pelayanan (Kasatpel) Museum Wayang, Sumardi S.Sos ketika dimintai keterangannya Minggu (23/5/2021) mengakui, sejak Jumat (21/5) jumlah pengunjung museumnya meningkat. Tercatat hari itu 66 orang tanpa ada wisatawan mancanegara (wisman).
Kemudian Sabtu (22/5) menjadi 154 orang termasuk 2 orang wisman dari Austria.
“Hari Minggu (23/5) ini pengunjungnya ada 264 orang,” kata Sumardi sambil menunjukkan catatan dari jumlah itu terdapat 4 orang wisman masing masing dari Cina, Italia dan India.
Para pengunjung berjalan mengamati koleksi koleksi Museum Wayang ini menurut alur, sesuai layout tata pamernya.
Dari bawah menyaksikan koleksi berbagai jenis wayang golek dengan interval taman Jan Pieterzoon Coen yang pada dindingnya ada beberapa prasasti kuno.
Di tempat ini para pengunjung bergantian istirahat dan berfoto di depan prasasti berhuruf timbul dengan karakter kapital semua.
Lalu naik tangga ke lantai atas yang penuh koleksi wayang kulit dan wayang boneka dari berbagai daerah dan negara. Di antaranya dari Bali, Banyumas, Yogyakarta, Surakarta, Sawahlunto, Banjarmasin, Madura, Malaysia, Kamboja, Thailand, Tiongkok, Inggris, Perancis dan Amerika.
Juga sangat menarik ada wayang kulit berukuran sangat kecil, sekitar sepertiga sampai separo ukuran wayang kulit biasa.
“Itu namanya wayang kaper. Biasa dimainkan anak anak menirukan Ki Dalang. Saya waktu masih kanak-kanak dulu juga pernah mendalang dengan wayang kaper. Biasanya terbuat dari kardus,” kata Sumardi lagi.
Yang agak besar sedikit dari wayang kaper ini disebut Wayang Kidang Kencana. Wayang kulit ini pertama kali dibuat pada zaman Sultan Trenggono memerintah Demak tahun 1521- 1546.
Saat itulah mulai wayang kulit memakai prada emas atau kencana sehingga muncul nama wayang kidang kencana.
Zahra seorang pelajar SLTA dari Jagakarsa Jakarta Selatan bersama dua teman puterinya tampak asyik mengamati koleksi berbagai topeng dan wayang beber.
Ia mengaku terkesan atas lengkapnya koleksi yang ada. Bisa jadi itulah daya pikat museum tersebut hingga tetap banyak pengunjungnya. Di samping sejak 7 November 2003 kesenian wayang Indonesia diakui oleh UNESCO sebagai warisan dunia tak benda.
Ada sekitar 6.600 koleksi museum ini yang tentu saja tidak semuanya display bersamaan melainkan bergantian. Sebagian besar disimpan di storage yang aman dan sesekali memerlukan perawatan.
Paling Banyak
Ahmad Surya SE, selaku Kepala Satuan Pelaksana (Kasatlak) Edukasi dan Informasi Unit Pengelola Museum Seni, mengungkapkan sudah dua tahun ini jumlah pengunjung Museum Wayang selalu menduduki peringkat pertama di antara 3 museum dalam Unit Pengelola Museum Seni Jakarta tersebut. Dua lainnya adalah Museum Seni Rupa dan Keramik di Kota Tua juga dan Museum Tekstil di Jl KS Tubun no 4 Jakarta Barat.
Ahmad Surya mencatat selama bulan April 2021 jumlah pengunjung Museum Wayang 1.805 orang, Museum Seni Rupa dan Keramik 816 orang dan Museum Tekstil 452 orang.
Mei 2021 jumlah pengunjung Museum Wayang tetap paling unggul yaitu 963 orang disusul Museum Tekstil 501 orang dan Museum Seni Rupa dan Keramik 357 orang.
Surya menilai lokasi Museum Wayang memang paling strategis dari ketiganya karena paling dekat dengan akses jalan masuk.
“Karena GSBnya nol,” kata Surya sambil menjelaskan GSB artinya Garis Sempadan Bangunan.
Museum Wayang memang berdiri di pinggir jalan Pintu Besar Utara yang sudah menyatu dengan plaza Taman Fatahillah yang berlapis lempengan batu andesit.
Dua museum lainnya memang agak jauh dari jalan akses, harus berjalan puluhan langkah untuk mencapai teras museum.
Surya menjelaskan, sebagai tempat wisata edukasi dan sejarah budaya, UP Museum Seni juga menampung siswa SMK Pariwisata untuk melakukan pramtek kerja lapangan (PKL).
Sejak 5 Mei 2021 ada 24 orang siswa klas 2 SMKN 24 Jakarta dari Kelurahan Bambu Apus, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur sedang Praktek Kerja Lapangan (PKL) di UP Museum Seni. Mereka dibagi 3 masing masing 8 orang melakukan PKL di Museum Wayang, Museum Seni Rupa dan Keramik, dan Museum Tekstil.
Di ruang pamer lantai atas Museum Wayang tampak 2 siswa SMKN 24 berdiri menyambut pengunjung. Masing masing Adiva dan Abigail.
“Kami melakukan PKL di sini sejak 5 Mei sampai dengan 30 Juni nanti. Hampir dua bulan,” kata Adiva yang dibenarkan Abigail. Delapan orang itu dibagi bagi, ada yang ditugaskan sebagai pramuwisata, membantu di administrasi maupun membantu di loket.
“Senang sih dapat berinteraksi dengan pengunjung,” ujar Adiva.
Sementara Abigail juga mengakui tidak semua pengunjung responnya sama ketika dilayani dengan sedikit informasi maupun basa basi keramahtamahan. “Tapi kita tetap senang,” imbuhnya. (PRI).
.