Benteng Sembilan di Cakung harus Dipertahankan

oleh
oleh

JAKARTA, REPORTER. ID- Benteng Sembilan bangunan bersejarah dari tahun 1947 di RW 05 Kelurahan Rawa Terate, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur, hingga saat ini terpelihara dengan baik di lingkungan PT Mercu Antar Sumatra (MAS). Bila di antaranya akan dimanfaatkan untuk kepentingan karyawan tidak ada masalah. Namun diharapkan diajukan izin ke Tim Sidang Pemugaran DKI Jakarta. Hal itu sesuai Perda nomor 9 tahun 1999 tentang pemanfaatan lingkungan bersejarah.

Kepala Seksi Pelindungan Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Timur Iyan Iskandar mengatakan hal itu atas pertanyaan Reporter.id Senin (2/8/2021).

“Kami mendampingi Pak Kadis Kebudayaan DKI Iwan H Wardhana dan Pak Kasudin Kebudayaan Jakarta Timur Hasanuddin meninjau ke sana Rabu lalu. Bentengnya masih terawat baik,” kata Iyan Iskandar.

Hal senada diungkapkan Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta Iwan Henry Wardhana. Benteng yang berada di lokasi paling barat, terlihat rapi dan dipagar sekelilingnya.

Benteng Sembilan berada di lahan seluas 3.000 m2 dari lahan PT MAS seluas 9,8 Ha.
Sementara itu arkeolog senior Drs H Candrian Attahiyat ketika ditanya mengenai Benteng Sembilan mengatakan, nama itu muncul dari masyarakat sendiri karena jumlahnya 9 bangunan.

“Itu aslinya merupakan depo amunisi dibangun oleh Belanda pada zaman perang Agresi Pertama tahun 1947. Konstruksinya beton bertulang. Namun penulangannya dengan besi besi seadanya karena jaman sulit,” kata Candrian.

Dibandingkan dengan benteng atau bunkerdi Ancol Timur, satu tipe dan sama,-sama dibangun Belanda antara tahun 1940 -1947.
Dari segi kesejarahan menurut Candrian, Benteng Sembilan itu sangat tinggi nilai sejarahnya.

“Itu bukti bahwa Belanda (waktu itu) tidak rela Indonesia merdeka dan masih bertahan ingin bercokol di sini,” tandasnya.

Pengakuan pemerintah Belanda atas kemerdekaan Republik Indonesia baru diberikan pada perjanjian Roem Royen 7 Mei 1949.

Setelah itu Benteng Sembilan dikuasai TNI AD dan pada 1950 digunakan juga untuk gudang amunisi. Namun sejak tahun 1990 gudang amunisi dipindahkan ke Pulogebang dan sebagian ke Marunda.

“Karena itu Benteng Sembilan sudah seharusnya dipertahankan kelestariannya,” tandas Candrian yang sudah mengamati bangunan unik itu dari dekat sejak 1992 sampai 2020.

Lain lagi dengan Rusli Rawin, warga Jakarta Timur, pecinta bangunan peninggalan sejarah ini mengharapkan seluruh Benteng Sembilan dapat dirawat sebagus benteng terdepan di dekat gerbang masuk. “Jadi benar- benar aman,” katanya.

Hal senada diungkapkan H Abu Galih pengamat pariwisata dan budaya. “Benteng itu menarik. Perlu dibuatkan akses untuk masyarakat yang ingin melihatnya dari dekat,” katanya.

Bambang Trimulyono (50) warga RW 05 Rawa Terate juga mengharapkan akses tersebut. “Dulu di situ ada sungainya dan banyak semak semak. Sering ada ularnya,” kata Bambang. Namun sekarang aman karena tidak rimbun lagi sejak dimanfaatkan oleh PT MAS. (PRI).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *