JAKARTA, REPORTER.ID- Banyak media online atau daring di Indonesia sekarang ini, namun mutu bahasa Indonesianya memprihatinkan. Begitu pula keseimbangan pemberitaan dari dua pihak yang sedang bertentangan sering pincang karena dikejar tayang.
Karena itu perlu pendidikan
kewartawanan termasuk pengetahuan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Demikian dikatakan sastrawan Kurnia Effendi dan penulis puisi haiku, Aryani yang dibenarkan Endah Sulwesi, seorang editor alumnus IKIP Jakarta yang tergabung dalam komunitas Yoga Sastra di Jakarta Timur, Sabtu (30/10/2021).
“Jadi jangan asal membuat media daring (online) dan mempekerjakan siapa pun yang mau atau membutuhkan nafkah. Namun sebenarnya mereka tidak menguasai pekerjaannya tersebut,” tambah Kurnia Effendi yang lebih akrab dipanggil Mas Kef.
Menurut Kunia, membaca berita di media daring sekarang ini banyak ditemukan pengulangan kalimat. Misalnya ada ujaran tokoh atau pejabat yang dikutip dengan kalimat langsung, namun masih ditulis lagi dalam narasi deskripsi.
Dikutipkan awal berita yang tertulis pada sebuah media daring :
Liverpool dikabarkan sudah siap menyiapkan kontrak baru untuk Mohamed Salah yang habis 2 tahun lagi.
“Tidak sangkil dan tidak mangkus,” tandasnya.
Sangkil artinya berdaya guna atau efisien dan mangkus bermakna berhasil guna atau efektif.
“Alih-alih menerapkan 5W 1H. Data belum lengkap sudah disampaikan dalam berita demi kejar tayang. Tujuannya hanya berebut cepat dengan media lain,” imbuhnya.
5W 1H acuan untuk membuat berita dengan keharusan mengandung unsur 5W, yaitu what, who, why, where dan when, serta 1 H yaitu how.
Karena itu ketiga anggota Yoga Sastra tersebut sepakat bahwa kritikus bahasa, khususnya sangat diperlukan.
“Ya, seperti pada dasawarsa 1980-an sampai 1990-an dengan kritikus (Almarhum) Anton Moeliono dan Jus Badudu yang sering tampil memberikan pedoman bahasa Indonesia yang baik dan benar di layar televisi,” kata H Abu Galih seorang pengamat budaya Jakarta yang ikut hadir.
Kurnia Effendi yang kumpulan cerpennya berjudul Kincir Api meraih 5 besar dalam Khatulistiwa Award 2006 ini menegaskan pentingnya berbahasa yang efektif dan efisien.
“Bukan hanya soal Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) saja, melainkan juga mengenai adab dalam menulis,” ucap Mas Kef.
Ini dimaksudkan agar kalimat tertulis dengan SPOK yaitu subjek, predikat, objek, keterangan dan tanda baca yang benar sehingga tidak menimbulkan salah tafsir.
“Misalnya harus ada konfirmasi dari dua pihak yang berlawanan sebagai prinsip keadilan dan keseimbangan pemberitaan. Tampaknya wartawan di masa kini cenderung ingin memperoleh reaksi cepat dan bertujuan viral demi jumlah klik pada media mereka,” tambah Kurnia Effendi yang bersama Iksaka Banu berhasil membuat buku Pangeran dari Timur 2020. Sebuah novel fiksi sejarah tentang Raden Saleh.
Mengenai komunitas Sastra Yoga yang diresmikannya tepat pada Hari Sumpah Pemuda 2021 di Taman UT BKT Duren Sawit, Kef menandaskan perlu ada keseimbangan antara olahraga dan olahrasa.
Aryani peraih Juara II Lomba Desain Batik Jakarta Timur 2020 mengakui pentingnya kehadiran kritikus untuk sastrawan maupun wartawan agar berkarya lebih baik.
“Seperti di komunitas Sastra Yoga ini mBak Endah Sulwesi sebagai editor senior sering memperbaiki tata bahasa kami,” ujarnya.
Pada acara peresmian Sastra Yoga pada 28 Oktober 2021 tiap orang yang hadir membaca puisi karya Mohammad Yamin berjudul “Indonesia Tumpah Darahku” masing masing satu bait.
Puisi itu terdiri dari 11 bait, yang masing masing bait berisi 7 baris, kecuali bait pertama hanya 2 baris yang berbunyi : Bersatu kita teguh.
Bercerai kita jatuh.
Kef menjelaskan kata Indonesia memang lahir dan disebarkan oleh penyair Mohammad Yamin seorang pemuda anggota Jong Sumatranen Bond sebelum dilaksanakan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 di Jl Kramat Raya nomor 106 Jakarta yang diikuti perwakilan pemuda seluruh Nusantara.
Sumpah Pemuda tersebut berisi ikrar Satu Tanah Air, Satu Bangsa dan Satu Bahasa Indonesia. (PRI).