Wakil Ketua MPR: Dalam Politik Banyak Pemimpin Lupa dengan Orang yang Membesarkannya

oleh

PANDEGLANG,REPORTER.ID – Wakil Ketua MPR Ahmad Muzani menghadiri acara wisuda Pondok Pesantren Riyadhussalam pimpinan KH Abdul Wahid, Mandalawangi, Pandeglang, Banten, pada Sabtu (25/6/2022). Turut hadir anggota Komisi X DPR Fraksi Gerindra, Ali Zamroni dan Ketua DPRD Pandeglang, Tubagus Udi Juhdi.

Pada kesempatan itu Muzani menyinggung pentingnya pendidikan akhlak, budi pekerti, dan adab dalam dunia pendidikan. Sebab, itu merupakan bekal penting untuk setiap murid jika kelak di kemudian hari mereka telah menjadi pemimpin di tengah masyarakat. Karena sering kali kita mengesampingkan adab dan akhlak berterimakasih kepada siapa yang telah membesarkan diri kita, apalagi dalam dunia politik anomali itu kerap terjadi.

Karena itu Muzani berpesan kepada siswa yang telah diswida untuk tidak melupakan jasa kyai, guru, dan orang tua yang membesarkan. Termasuk jasa Ponpes yang merupakan almamaternya.

“Hormatilah para gurumu, kyaimu, para ustaz yang telah mengajarimu, memberikan ilmu ilmu kehidupan yang berguna bagimu dan agama. Jangan sekali kali kalian lupa, apalagi mengkhianati orang-orang yang telah membesarkanmu. Saya rasa ini penting untuk terus ditekankan,” kata Muzani.

Menurut Muzani, dalam adab politik di Indonesia jarang sekali para pemimpin kita menyampaikan terimakasih kepada orang-orang yang telah membesarkannya, apalagi berterimakasih kepada partai yang telah mengangkat nama harumnya. Justru yang ada dia bersebrangan dan bersaing dengan orang yang membesarkannya demi suatu jabatan.

Dan, tradisi politik seperti ini bukan menunjukkan suatu adab dan akhklak yang baik. “Di Indonesia, jarang sekali politik kita yang menunjukkan berterimakasih terhadap orang yang telah membesarkannya. Dalam tradisi politik kita, terimakasih adalah suatu yang langka, jarang dijumpai sepertinya ini menjadi suatu hal yang mahal. Orang yang dibersarkan partai, justru bersaing dengan partai yang membesarkannya, bersaing demi jabatan-jabatan. Adab politik kita telah dijauhi oleh pelaku politik kita,” kata Sekjen Gerindra itu.

“Ini sesuatu hal yang nyata. Oleh sebab itu, pemimpin-pemimpin kita harus kembali kepada adab seperti yang diajarkan oleh orang tua kita, para pemimpin terdahulu kita. Hormat menghormati dan saling menghargai adalah sesuatu hal yang telah diajarkan puluhan bahkan ratusan tahun dalam tradisi kita. Tapi akhlak atau adab berterimakasih untuk tahu siapa yang memberi jasa saat ini sudah mulai hilang,” jelas Muzani.

“Adab dan akhlak berterimakasih merupakan cara untuk kita mencari keberkahan demi kebaikan membangun bangsa dan negara. Kita ingin para guru kita, orang tua kita, dan orang-orang yang telah membesarkan kita merasa bangga atas prestasi yang telah kita raih. Maka penting untuk kita berterimakasih kepada orang-orang yang telah membesarkan kita, karena itu adalah untuk kita bisa meraih kebaikan bersama,” pesan Muzani.

Itu sebabnya Muzani berharap agar ponpes Riyadhussalam bisa menciptakan calon pemimpin yang bisa menjaga tradisi berterimakasih dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Jika akhlak sudah tidak ada lagi dalam kehidupan kita, maka tidak ada lagi rasa saling menghormati dan berterimakasih kepada orang-orang yang telah membesarkan kita. Karena dari sinilah muncul calon pemimpin – pemimpin bangsa di masa depan. Jika kalian jadi orang jangan pernah berkhianat kepada bangsa, rakyat, guru, kepada kyai-kyai yang telah membesarkan kalian,” pungkasnya.