Mengenal Sosok Lili Asdjudiredja

oleh
oleh

Lili Asdjudiredja

 

Pada Pemilu 2004, Partai Golkar menjadi pemenang pemilu. Golkar meraih 24.480.757 suara rakyat. Golkar meraih 128 kursi di DPR dan juara pemilu. Ini kemenangan Golkar dalam pemilu pasca reformasi. Kemenangan ini merupakan prestasi yang luar biasa bagi Golkar, karena berhasil mengungguli PDIP. Partai besutan Megawati Soekarnoputri ini menempati posisi kedua dengan raihan suara 21.026.629 dan 109 kursi di DPR. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang menduduki posisi ketiga, mearih 11.989.564 suara dan 52 kursi di DPR.
Kenapa Golkar bisa jadi juara Pemilu 2004? Karena Ketumnya, Akbar Tanjung gigih berjuang. Setiap Jumat, Sabtu, dan Minggu, Akbar turun ke bawah. Ketemu akar rumput, berdialog dengan kader dan simpatisan Golkar, menyerap aspirasi, dan memberi bantuan kepada Pengurus Partai Golkar yang dikunjunginya. Itulah kelebihan Akbar Tanjung, dia memiliki kesabaran, keuletan, serta seni memimpin partai. Maklum, jam terbang Akbar dalam berorganisasi sangat tinggi. Dia mencintai dan dicintai kader Golkar di manapun berada.

Akbar juga sangat jeli dan piawai dalam memilih kader yang pas untuk memimpin bidang pemenangan pemilu. Pada waktu itu, Akbar Tanjung menunjuk kader senior Golkar asal Jabar, Lili Asdjudiredja sebagai Direktur Eksekutif Pemenangan Pemilu DPP Partai Golkar. Dia direkrut Akbar atas saran tokoh Golkar Jateng, Slamet Effendy Yusuf. Rupanya tak salah Akbar tunjuk Lili jadi Direktur Eksekutif Pemenangan Pemilu Golkar, buktinya Golkar jadi juara Pemilu 2004. Lili memang tidak mengecewakan, dia punya jaringan yang luas, utamanya di Jawa Barat yang dikenal sebagai lumbung suara Golkar saat itu. Lili sangat dikenal di kalangan warga Jabar. Tak tahu apa sebabnya, mungkin karena kebiasaan Lily suka ketemu dan berdialog dengan warga sekitar.

Lili juga punya jaringan kuat dengan serikat buruh pabrik di Jabar. Mereka sering datang ke ruangan Lili di lantai 12 Gedung Nusantara I DPR untuk bertemu, berdialog dan kadang meminta pertolongan. Misalnya, ketika nasib karyawan PTDI terombang ambing karena terancam PHK, Lily datang membantu. Ia cukup getol memperjuangkan kepentingan para karyawan PTDI tersebut di Komisi VI DPR. Atau dia menyalurkan aspirasi karyawan tersebut ke komisi lain, bila tidak masuk bidang yang berkaitan dengan Komisi VI DPR. Caranya, Lili menitipkan permasalahan tersebut kepada kawannya yang duduk di Komisi IX DPR yang membidangi masalah ketenagakerjaan.

Ada kisah yang cukup berkesan yang dilakukan Lili. Pada waktu itu puluhan pabrik tekstil di daerah Majalaya dan sekitarnya terancam abruk, Lili mengajak sejumlah wartawan datang dan menengok puluhan pabrik yang mau gulung tikar tersebut. Mereka diajak bicara dan didorong untuk bicara dengan wartawan yang dibawanya dari Jakarta. Alhasil, semua cerita mereka dimuat di koran dan besoknya ada respon dari pemerintah tentang masalah yang menimpa para pengusaha tekstil di Jawa Barat. Pemerintah lalu mengulurkan tangan membantu menyelamatkan industri tekstil yang terancam bangkrut itu.

Banyak cara yang dilakukan Lili untuk membantu pengusaha tekstil. Politisi Golkar ini sering ikut mencarikan pasar bagi produk-produk tekstil berupa sarung, kain dan sebagainya yang numpuk di gudang pabrik karena tak laku dijual. Ada kalanya sarung dan produk tekstil tersebut dia borong untuk dikasihkan ke konstituennya.

Itulah cara-cara pendekatan yang dilakukan Lili Asdjudireja untuk membina jaringan dan membentuk konstituen yang militan. Sampai sekarang, meskipun Lili sudah tidak lagi menjabat anggota DPR, para konstituennya sering datang ke rumah. Mengontak Lili via telepon dan sebagainya. Mereka tetap lakukan komunikasi sehingga silaturahminya tidak putus. Mereka seolah menjadi seperti saudara.

Bagi Lili, hal seperti itu sudah biasa dan dia terus lakukan itu sebagai amal ibadah. Lili kalau lagi sumpek di rumah, sering jalan-jalan ke pedesaan sambil berolahraga. Ada sedikit penggalan sejarah yang dilakoni Lili selama 30 tahun menjadi wakil rakyat di DPR. Ia menceriterakan kenangan manisnya saat ditunjuk Akbar Tandjung menjadi Pimpinan Pansus Bank Bali. Siang itu sekitar tahun 1999, dia dipanggil Akbar Tandjung. Banyak petinggi Golkar yang hadir saat itu. Satu persatu oleh Akbar ditawari jadi pimpinan Pansus Bank Bali.

Dari sekian tokoh Golkar tersebut tidak ada yang sanggup karena mungkin memiliki kepentingan dengan penguasa waktu itu. Melihat kenyataan itu, membuat Akbar berpaling ke Lili. ‘’Gimana Pak Lili, tidak ada yang sanggup. Pak Lili sanggup nggak jadi pimpinan Pansus Bank Bali,’’ tanya Akbar Tanjung waktu itu. Lili pun menjawab, kalau tidak ada yang bersedia, apa boleh buat, dia sanggupi tawaran itu. Tapi dengan syarat, yakni sekretarisnya harus Ichsanuddin Noorsy yang waktu itu menjadi anggota DPR. Ichsanuddin yang kebetulan ada di situ, mau tak mau menerima penugasan itu.

Duet Lili-Ichsanuddin ini ternyata cocok. Keduanya mampu bekerja sama dengan baik. Alhasil, sepak terjang Pansus Bank Bali sangat tidak mengecewakan. Dalam sejarah DPR, mungkin hanya Pansus Bank Bali yang mampu menorehkan tinta emas, dalam arti berhasil mengangkat marwah DPR. Banyak pejabat negara bidang ekonomi dan pengusaha pada waktu itu (sekitar 1999-2000, red) yang dijebloskan ke penjara gara-gara Bank Bali. Salah satunya adalah Djoko Chandra.

Cukup banyak prestasi yang ditorehkan Lili saat menjadi anggota DPR. Lili pernah menjadi Wakil Ketua Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara (KPKPN) yang menjadi cikap bakal terbentuknya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Anggota KPKPN berjumlah 35 orang, Ketuanya Jusuf Syakir dari PPP. Personil KPKPN dilantik Presiden Gus Dur pada bulan Juli 1999. (HPS)

 

Tentang Penulis: hps

Gambar Gravatar
Wartawan senior tinggal di Jakarta. hps@reporter.id