Laksamana Madya TNI (Purn) Freddy Numberi (net)
Oleh : Ambassador Freddy Numberi
Laksamana Madya TNI (Purn)
Admiral Lord Nelson, Royal Navy, berkata : “ What would my supperiors direct, did they know, what was passing under my nose ? (william A. Cohen, 2001) “ If you want peace, prepare for war “ (Christopher Coker, 2013)
1. Latar Belakang
Adagium Romawi kuno ini, membuat China lebih agresif lagi untuk merebut “Super Power” dari Amerika Serikat (AS) di kawasan Asia-Pasifik. AS memiliki APB 7,5 triliun USD (defisit 1.6 triliun USD), Sementara China memiliki APB sekitar 7 triliun USD, lebih kecil dari AS, tetapi anggaran belanja China tidak mengalami defisit alias tidak tekor.
Anggaran belanja China malah mengalami surplus, sehingga menjadi National Capital Saving dengan demikian, jika negara-negara di dunia mengikuti pola “Multi National Corporation” (MNC) seperti China untuk beroperasi secara global, negaranya harus memiliki national capital saving yang memadai. Bila berhutang terus-menerus dan tidak ada national capital saving, maka negara tidak ada uang untuk menopangnya dalam pembayaran apa saja, termasuk militernya. (Effendi Siradjudding, 2020).
Dengan adanya national capital saving, China dapat berinvestasi secara global dan membangun militernya. Dengan pertumbuhan ekonominya secara masif, China dapat memodernisir militernya. Terbukti, meskipun secara sepihak China telah mereklamasi pulau-pulau dan karang-karang di LCS untuk pertahanannya. Pulau-Pulau dan karang-karang yang telah direklamasi antara lain :
(1) Pulau Woody (Kep. Paracel) Telah dibangun landasan pesawat terbang yang pertama sepanjang 2.400 meter dan tangki penimbunan minyak sejak 16 April 2014, saat ini sudah selesai. Tinggal dioperasikan. (2) Gaven Reefs (Kep. Spratly) Reklamasi sudah selesai dan dibangun infrastruktur pendukung lainnya mulai tanggal 27 Mei 2015. dan saat ini sudah selesai.
(3) Hughes Reef (Kep. Spratly) Reklamasi sudah selesai dan dibangun infrastruktur pendukung lainnya mulai tanggal 27 Mei 2015. dan saat ini sudah selesai.
(4) Cuarteron Reef (Kep. Spratly) Reklamasi sudah selesai dan dibangun infrastruktur pendukung, serta menara suar yang besar, mulai tanggal 30 Mei 2015. dan saat ini sudah selesai.
(5) Johnson South Reef (Kep. Spratly) Reklamasi sudah selesai dan dibangun infrastruktur, serta menara suar yang besar, mulai tanggal 10 Juni 2015. Kini sudah selesai, tinggal dioperasikan saja.
(6) Subi Reef (Kep. Spratly) Reklamasi sudah selesai dan pembangunan landasan pesawat terbang kedua sepanjang 3000 meter serta infrastruktur pendukung lainnya serta pelabuhan, dimulai tanggal 3 September 2015, dan kini tinggal dioperasikan saja.
(7) Fiery Cross Reef Reklamasi sudah selesai dan pembangunan landasan pesawat terbang ketiga sepanjang 3000 meter serta infrastruktur pendukung lainnya, dimulai tanggal 3 September 2015. dan kini sudah selesai. (
8) Mischief Reef Reklamasi sudah selesai dan pembangunan landasan pesawat terbang keempat sepanjang 3000 meter sudah selesai juga. Serta infrastruktur pendukung lainnya, dimulai tanggal 8 September 2015. dan kini sudah selesai. (Ministry of US Defense, 22 December 2015) Klaim China juga masuk dalam Exclusive Economic Zone, Indonesia dalam hal ini di kepulauan Natuna Utara.
China juga secara sepihak memperluas dan memperkuat pangakalan Angkatan Lautnya di Laut China Selatan, sebagai berikut :
1) Zhanjiang South Sea Fleet HQ Ekspansi yang signifikan untuk penambahan kapal dan fasilitas pendukung pantai. Zhanjiang South Sea Fleet HQ ini terletak di pantai selatan “mainland” China.
2) Yulin Naval Base di Pulau Hainan Perluasan dermaga untuk mengakomodasi kapal induk super generasi berikut yang akan China bangun kedepan.
3) Yulin Submarine Naval Base Ini juga terletak di pulau Hainan dilaksanakan perluasan dermaga dan fasilitas pantai untuk mengakomodasikan kapal selam bertenaga nuklir dan kapal selam lain yang konvensional serta kapal tempur dari kelompok kapal induk.
4) Fiery Cross Reef (Kep. Spratly) Pembangunan landasan pacu pesawat terbang sepanjang 3000 meter dan pelabuhan dengan panjang dermaga 1300 meter, dilengkapi dengan fasilitas pendukung logistik yang dilengkapi dengan senjata tetap dapat berupa rudal dan sebagainya.
5) Subi Reef ( Kep. Spratly) Pembangunan landasan pacu pesawat terbang sepanjang 3000 meter, dan pelabuhan dengan panjang 1300 meter, dilengkapi dengan fasilitas pendukung logistik ditambah dengan senjata tetap dapat berupa rudal dan sebagainya.
6) Mischief Reef (Kep. Spratly) Pembangunan landasan pacu pesawat terbang sepanjang 3000 meter dan pelabuhan dengan panjang dermaga 1900 meter, fasilitas pendukung logistik yang dilengkapi dengan senjata tetap dapat berupa rudal dan sebagainya. (Brent Droste Sadler, 2023)
“Pusat Gravitasi” dunia, sekarang berada di kawasan Laut China Selatan, karena China memiliki kekuatan keuangan, kinerja kepemimpinan yang profesional, kompetensi manajerial yang kuat dan kemampuan militer kelas dunia. (Yuwono Sudarsono, 2013). China yang agresif itu, digambarkan Field Marshall Ferdinand Foch, French Arroy sebagai berikut : “Action is governing rule of war” (Wiliam A. Cohen, 2001)
2. Instalasi inti Angkatan Laut AS di seluruh dunia sebagai berikut :
(1) Joint Base Pearl Harbor – Hickam, HI. US Fleet Headquarters
(2) Naval Base Kitsap, WA.
(3) Naval Station Everett, WA.
(4) Naval Base San Diego and Naval Base Coronado, CA. US Third Fleet headquarters.
(5) Naval Station Mayport, FL US Fourth Fleet headquarters.
(6) Naval Submarine Base King’s Bay, GA.
(7) Naval Base Norfolk and Joint Expeditionary Base Little Creek, VA US Fleet Forces Command and second Fleet headquarters.
(8) Naval Submarine Base New London, CT.
(9) Ketlavik, Iceland – Expeditionary Maritime Operations Center.
(10) Naval Station Rota, Spain.
(11) Naval Support Activity Gaeta, Italy US Sixth Fleet headquarters.
(12) Naval Support Activity, Bahrain US Fifth Fleet headquarters.
(13) Lemonier Djibouti- Camp Lemonier
(14) Diego Garcia – Navy Support Facility Diego Garcia.
(15) Singapore – Commander Logistic Group Western Pacific.
(16) Busan, South Korea, Fleet Activities Chin Bae Navy Base.
(17) US Fleet Activity Yokosuka, Japan US Seventh Fleet headquarters.
(18) US Fleet Activity Sasebo, Japan.
(19) Okinawa, Japan – Naval Base White Beach.
(20) Naval Base Guam-Navy Expeditionary Force Command Pacific headquarters.
(21) Darwin, Australia – Marine Rotational Force Darwin ( Brent Drostle Sadler, 2023)
3. Kapal Induk Nuklir yang dimiliki AS, yaitu :
1) U.S.S Nimitz (CVN-68)
2) U.S.S Dwight. D. Eisenhower (CVN-69)
3) U.S.S Carl Vinson (CVN-70)
4) U.S.S Theodore Roosevelt (CVN-71)
5) U.S.S Abraham Lincoln (CVN-72)
6) U.S.S George Washington (CVN-73)
7) U.S.S John. C. Stenis (CVN-74)
8) U.S.S Harry Truman (CVN-75)
9) U.S.S Ronald Reagan (CVN-76)
10) U.S.S George. H.W. Bush (CVN-77)
11) U.S.S Gerald Ford (CVN-78) Satu Task Force Kapal Induk Nuklir saat berlayar dalam grup kapal, terdiri dari 2 kapal cruiser, 1 kapal destroyer, 1 fregat, 2 kapal selam, biasanya yang digunakan adalah kapal selam nuklir kelas Los Angeles (SSBN), 1 kapal logistik dan kehadiran beberapa pesawat tempur untuk meningkatkan jarak jangkauan sebuah kapal induk nuklir. (Jane’s Fighting Ships, 2023-2024)
4. Operasi Gabungan AS selama PD I (PD1) dan Perang Dunia II (PDII) telah berpengalaman melaksanakan Operasi Gabungan terintegrasi/terpadu antara Angkatan Laut, Angkatan Udara, Angkatan Darat dan Marinir. Telah diperbaharui elemen-elemen yang terintegrasi dengan situasi dewasa ini. Elemen-elemen Operasi Gabungan, meliputi :
1) Komando misi yang menjadi satu;
2) Merebut, mempertahankan dan mengeksploitasi inisiatif;
3) Komando kendali, komunikasi, intelijen, pengawasan dan pengintaian (C4ISR), serta peningkatan logistik, doktrin, kualitas personil dan latihan bersama di laut.
4) Aliansi Strategis;
5) Fleksibilitas dalam membangun kekuatan bersama;
6) Penggunaan komunikasi yang disamakan;
7) Meminimalkan risiko disadap oleh musuh. (David Jordan, etal, 2016) Dengan elemen-elemen tersebut, militer AS dimana pun bertugas dapat beroperasi secara terintegrasi bila diperlukan.
5. Rangkuman Khusus Dengan China membangun secara agresif dan sepihak di LCS dalam “ninedashed line” tersebut sesuai klaim historisnya. Ada beberapa strategi yang dicapai oleh China dalam jangka panjang dalam merebut “Super Power” dari Amerika Serikat (AS) di Asia-Pasifik, dengan memblokade Laut China Selatan sebagai berikut :
(1) Memotong mata rantai hubungan AS dengan Taiwan, Jepang dan Korea Selatan khususnya penempatan warga negara AS disana dan berjumlah kurang lebih 150.000 orang (Brent Droste Sadler, 2023).
(2) Dengan memblokade LCS, berarti ZEE tertutup bagi kapal perang, dan AS kehilangan pangkalan-pangkalan dan aliansi di sekitar Asia. (Bill Hayton, 2014).
(3) Tertutup bagi kapal – kapal yang melakukan perdagangan dunia yang lewati LCS (Bill Hayton, 2014). (4) Taiwan, Jepang dan Korea Selatan menjadi lemah pertahanannya, karena di blokade oleh China. (Bill Hayton, 2014)
Laut China Selatan menjadi “engsel maritim” dimana isu-isu geopolitik besar berayun. Strategi global AS akan gagal, bila China memblokade LCS. (Admiral John Stavridis, USN (Ret), 2017)
6. Penutup
Hingga tahun 2024, China memandang Laut China Selatan (LCS) sebagai perairan milik China, sehingga Beijing merasa berhak melakukan apa saja di kawasan yang sedang dalam internasional tersebut. (Prof Bambang Cipto MA, 2018). Konflik bersenjata tidak bisa dihindarkan dalam lingkungan seperti di kawasan LCS (David Jordan, etal, 2016).
Perang Terbuka tidak mungkin terjadi di kawasan LCS. antara AS versus China. China sebagai “Super Power baru di Asia – Pasifik dan sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB memiliki hak veto. Setiap resolusi yang masuk mengenai LCS, China dapat menolaknya karena hak veto tersebut. Perang Dingin baru terjadi di kawasan Asia-Pasifik, karena pembangunan kekuatan militer di LCS. (Penulis adalah mantan Menhub, mantan Menpan-RB, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, mantan Dubes Indonesia di Italia merangkap Malta, mantan Gubernur Papua, dan Pendiri Numberi Center).
Jakarta, 17 Desember 2024