SARANA DAN TUJUAN DALAM PERANG

oleh
oleh

Laksamana Madya TNI (Purn) Freddy Numberi (net)

 

Oleh : Ambassador Freddy Numberi

Laksamana Madya TNI (Purn)

 

Sun Tzu, berkata: “Jika musuh meninggalkan pintu terbuka, kamu harus segera masuk.” (William A. Cohen, Ph.D, New Jersey, 2001: hal. 82)

1. Latar Belakang

Objek yang menjadi tujuan dari suatu perang, agar mencapai tujuan politik. Perang adalah tindakan kekerasan untuk memaksa musuh memenuhi kehendak suatu negara, yang terdiri dari Kekuatan Militer, Negara dan Keinginan Musuh.

Kekuatan Militer musuh harus dihancurkan, dikurangi sedemikian rupa, sehingga tidak dapat melakukan perang. Negara musuh harus ditaklukan, karena Kekuatan Militer juga ikut dalam negara tersebut.

Pemerintah dan sekutu musuh harus dipaksa untuk menandatangani naskah perdamaian dan rakyat harus tunduk, karena kita menduduki suatu negara secara penuh. Hal ini berkaitan dengan keputusan yang lengkap untuk penyelesaian akhir suatu perang. Perlindungan negara adalah tujuan utama keberadaan dan kekuatan militer.

2. Pembahasan

Tujuan Perang adalah sarana terakhir untuk mencapai tujuan politik. Syarat untuk mencapai perdamaian, yaitu melucuti semua musuh. Ada banyak sekali contoh perjanjian dimana perdamaian dicapai setelah salah satu pihak telah dilucuti bahkan sebelum perimbangan kekuatan kedua belah pihak.

Perang sebenarnya terletak pada perbedaan kekuatan kedua belah pihak dalam melibatkan kekuatan militer. Kalau “Sang Komandan” memimpin suatu kekuatan militer, moralnya baik, akan mencapai keunggulan dalam suatu perang. Seperti apa yang dikatakan Jendral Dwight D. Eisenhower sebagai berikut: “Moral adalah faktor tunggal terpenting dalam perang yang sukses.” (William A. Cohen, Ph.D, New Jersey, 2001: hal. 104)

Oleh karena itu, jika kita ingin sukses dalam suatu perang, maka pilih “Sang Komandan” yang moralnya baik. Karena perang bukanlah tindakan hasrat buta, oleh karena itu nilai objek tersebut menentukan ukuran pengorbanan yang harus dibayar oleh “Sang Komandan” sebagai pemimpin suatu kekuatan militer.

Elemen moral adalah salah satu yan paling penting dalam perang. Secara praktis menyatu dengan “Sang Komandan” dengan bawahannya. Semangat dan kualitas moral dari seorang tentara tergantung dari para pemimpin militer yang memimpinnya.

Jika teori perang tidak lebih dari sekedar mengingatkan kita akan elemen moral, menunjukkan perlu memperhitungkan dan memberikan nilai penuh pada kualitas moral. Dalam merumuskan aturan perang, ahli teori harus mengingat peran yang mungkin dimainkan oleh faktor moral didalamnya.

Sejarah telah membuktikan bahwa pentingnya faktor moral dan pengaruhnya sangat luar biasa. Keterampilan “Sang Komandan” dengan pengalaman dan keberanian pasukan yang dipimpinnya serta semangat patriotik mereka tergantung pada faktor moral “Sang Komandan”.

3. Penutup

Perjalanan politik sangat mengubah perang dalam jangka panjang serta hasilnya. Konsekuensi dari sifat perang dan tujuannya serta sarana yang bertindak didalamnya, kadang-kadang berubah sangat drastis dam butuh modifikasi oleh “Sang Komandan”. Perasaan nasionalisme pasukan (antusiasme, semangat fanatik, keyakinan dan temperamen umum) paling jelas terlihat dalam perang Afghanistan.

Efisiensi, keterampilan dan keberanian prajurit Afghanistan di alam terbuka, menyatukan tubuh pasukan menjadi satu kesatuan dalam menyerang pasukan Amerika Serikat (AS). Field Marshall Sir William Slim, British Army, berkata: “Keberanian Moral secara sederhana berarti melakukan apa yang Anda anggap benar tanpa terlalu memikirkan dampaknya terhadap diri sendiri.” (William A. Cohen, Ph.D, New Jersey, 2001: hal. 39). (Penulis adalah mantan Dubes Italia merangkap Malta dan Albania, mantan Menhub, mantan Menpan-RB, mantan Menteri Perikanan dan Kelauutan, mantan Guubernur Irian Jaya).

Jakarta, 27 Oktober 2025