JAKARTA, REPORTER.ID – Pengamat politik dari Indonesian Public Institute (IPI), Karyono Wibowo mengungkapkan sejumlah penyebab Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), selalu kalah Pemilu dan Pilpres di Sumatera Barat. Dia memperkirakan kalau kelahan partai besutan Megawati Sukarnoputri di ‘Ranah Minang’ karena faktor geanologi politik dan ideologi masih dominan menjadi pertimbangan utama dalam menentukan pilihan.
“Geanologi politik masyarakat Sumatera Barat saat ini belum lepas dari politik aliran di masa lalu. Partai Masyumi sangat kuat di wilayah tersebut,” ungkap Karyono dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (5/9/2020).
Sedang dalam konteks ideologis, lanjut Karyono, pengaruhnya masih kuat hingga sekarang, meskipun ada pergeseran konstalasi politik pasca Pemilu 1955 dan sejak Masyumi dibubarkan. Salah satu faktor lemahnya dukungan PDIP di Sumbar itu, juga karena tidak memiliki tokoh berpengaruh yang dapat menarik pemilih.
“Padahal, dalam marketing politik dibutuhkan strategi endorsements tokoh yang berpengaruh sebagai pengepul suara atau vote getter,” sebut dia.
Bahkan, masih menurut Karyono, jika ditarik lebih jauh, faktor sejarah hubungan Presiden RI pertama, Soekarno dengan sejumlah tokoh Sumbar, terutama dengan tokoh yang saat itu terlibat dalam Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI)/PERMESATA.
“Sosok Soekarno dipandang sebagai pihak yang mengerahkan militer untuk menumpas PRRI di Sumbar, yang membuat sosok Soekarno kurang diterima di Bumi Minangkabau,” tambahnya lagi.
Namun, sejak reformasi telah terjadi pergeseran kekuatan politik yang menunjukkan masyarakat Sumbar semakin cair. Yaitu peta perolehan suara partai dalam sejumlah pemilu dimenangi partai berhaluan nasionalis yaitu Golkar (2004), Demokrat (2009), Golkar (2014), dan Gerindra (2019).
“Dalam sejarah pemilu di Sumbar memang tergolong fenomenal, yakni partai yang dekat dengan sosok Soekarno baik PNI, PDI dan PDIP tidak pernah menang,” kata Karyono seraya menuturkan bahwa fenomena tersebut mestinya mendorong PDIP melakukan evaluasi secara menyeluruh, dengan melakukan penelitian yang tersistematis untuk menggali dan mengetahui perilaku warga Sumbar.
Sehingga penelitian dapat menghasilkan rekomendasi untuk menyusun strategi meningkatkan akseptabilitas dan elektabilitas di Sumbar. Sebab, untuk meluluhkan hati masyarakat Sumbar memerlukan pendekatan persuasif dan beradaptasi dengan budaya lokal. Tidak cukup dengan cara-cara parsial, seporadis, dan instan, demikian Karyono Wibowo.
Sebelumnya Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mengaku bertanya-tanya mengapa PDIP masih sulit memenangkan Pilkada di Sumbar. Meskipun, kata dia, PDIP sudah mulai memiliki kantor DPC dan DPD di Bumi Minangkabau itu.
“Saya pikir kenapa ya, rakyat di Sumbar itu sepertinya belum menyukai PDI Perjuangan,” kata Megawati pada Rabu, 2 September 2020. ***