Konflik Laut China Selatan, MPR: Sudah Saatnya Perkuat Alutsista Angkatan Laut

oleh

JAKARTA, REPORTER.ID – Di tengah adu kuat antara Amerika Serikat dan sekutunya dengan China di Laut China Selatan, maka sudah saatnya menyadari Indonesia harus memperkuat Armada – kekuatan militer laut sebagai alat pertahanan dan keamanan untuk kedaulatan NKRI. Apalagi Indonesia merupakan negara maritim terbesar di dunia yang memiliki lima ribuan pulau.

Saking besarnya luas wilayah negara ini, maka tak heran kalau memiliki tiga waktu: timur, tengah dan barat. “Tapi, ada masalah kemaritiman karena PDB (produk domestik bruto) hanya 22 persen dari APBN. Padahal Jepang, China, Thailand, dan Vietnam sampai 50 persen,” tegas Anggota MPR RI yang juga Wakil Ketua DPD RI, Nono Sampono dalam diskusi 4 Pilar MPR RI ‘Meneguhkan Kemaritiman untuk Kedaulatan NKRI’ bersama pengamat militer pertahanan Rusdi Siswanto di Gedung MPR RI, Senayan Jakarta, Senin (27/9/2021).

Nono mempertanyakan kenapa laut menjadi penting, hal itu mengingat di laut itu bukan saja ada ikan, melainkan ada tambang, mineral, minyak, jasa laut dan sebagainya. Bahkan hasil kajian mantan menteri KKP Rokhmin Dahuri menyebutkan bahwa potensi kekayaan laut Indonesia memcapai 6 kali lipat dari APBN (Rp2.400 triliun).

Oleh sebab itu kata Nono mengutip alm. LB Moerdani, laut itu ibarat satu sisi mata uang antara kesejahteraan dan keamanan. Artinya laut itu harus dikuasai secara fisik dan diiamankan dengan Alutsista yang.canggih. “Kalau tidak, maka kekayaan laut kita akan dimanfaatkan negara lain. Pertanyaannya; kita ini tidak mampu atau tidak mau? Tapi, saya optimis kebijakan yang dirintis pemerintah saat ini demi kedaulatan kemaritiman. Menyadari laut ini merupakan ruang hidupnya bangsa ini ,” kata Nono lagi.

Selain itu ada kepentingan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan lain-lain. Nono mengakui memang ada satu angkatan yang belum legowo kalau pemerintah memperkuat Alutsista laut. Padahal, masih lemah; tak punya pembom strategis dan sudah ketinggapan jauh sejak Orba, yang hanya memperoleh alokasi angggaran 2 persen dari APBN. “Maka tak heran kalau Menhan Prabowo mengajukan anggaran yang besar,” tambahnya.

Menurut Nono, tidak ada yang bisa menjamin kondisi kelautan Indonesia akan aman-aman saja. Terlebih ada 12 titik laut yang perbatasannya belum selesai sampai hari ini. Yang kini mulai diusik dengan adanya armada laut Australia, Inggris dan Amerika Serikat Vs China di laut China Selatan.

“Itu artinya Asia Pasifik sebagai sumber kekayaan alam dunia akan diperebutkan, dan 100 persen melalui wilayah Indonesia. Apa kita mau diam saja? Kalau diam pasti akan diinjak-injak. Jadi, bisa saja konflik di Timur Tengah bergeser ke Asia Pasifik. Inilah yang harus diantisipasi,” jelas Nono.

Karena itu pula, AS dan China sama-sama mencari pengaruh di Asia Pasifik ini demi kekayaan alam laut (logistik) tersebut. “Kita bisa saja andalkan kekuatan lobi dan kerjasama, tapi kalau secara Alutsista lemah, maka hasilnya akan lemah,” pungkasnya.

Sementara itu, Siswanto Rusdi menilai kalau konsep militer Indonesia sejak dulu memang darat (AD). Sedangkan AL dan AU hanya sebagai pendukung. Padahal, idealnya pertahanan itu dari ujung laut wilayah Indonesia. “Jadi, konsep darat itu cocok hanya untuk lima wilayah besar seperti Jawa, Sumatera, Kalimamtan, Sulawesi dan Papua,” ungkapnya.

Untuk itu, dia mengusulkan pentingnya kerjasama antara kedua kekuatan tersebut untuk menghindari gesekan-gesekan. Sebab, kalau terjadi gesekan dan keduanya sama-sama kuat, maka keduanya akan hancur, habis. “Itulah pentingnya kerjasama,” kata Rusdi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *