Rahasia Umum
Sudah menjadi rahasia umum bahwa APBN kita sekarat. Roda pemerintahan apalagi pembangunan tidak akan berjalan tanpa topangan utang. Bank Sentral (BI) sudah disiagakan. APBN yang katakanlah bervolume Rp2500Triliun, defisitnya Rp1000Triliun atau 40%nya. Mau tidak mau menggenjot utang untuk menutupinya. Sehingga utang negara tahun depan diperkirakan melejit ke 40% PDB.
Dilain pihak tax ratio terus menurun tinggal 8%, sehingga rasio pembayaran bunga utang terhadap pemasukan pajak mencapai 28%. Belum cicilan utang pokok dan keperluan pembelanjaan yang lain. Dulu kekayaan bersih BUMN lebih besar dari utang negara sehingga teoritis mampu menjamin utang negara. Kini tidak lagi. Tidak solvable.
Ditengarai bank bank sudah mulai menghadapi banyak kesulitan. Kredit macet dan restrukturisasi kredit kabarnya mencapai sekitar Rp600Triliun. Kesulitan likuiditas juga sudah terasa. Ada Bank yang kalah kliring atau tidak mampu mencairkan uang nasabahnya. Deposito tidak bisa dicairkan menjadi pembicaraan sehari hari.
Situasi ini mengingatkan kita saat saat Krismon 1998. Dan akibat beruntun dari kesulitan Bank dalam mencairkan uang nasabah tentu mempunyai efek ganda kemana mana. Jadi ekonomi Indonesia benar benar krisis multi-dimensi, tapi sense of crisis-nya nampaknya hanya ada pada Presidennya. ***