Oleh : Prof. Amir Santoso Ph.D
Menjadi lawan dalam pilpres tapi kemudian menjadi menteri dalam kabinet presiden yang menang, kayaknya hanya terjadi di Indonesia. Ya tidak apa-apa sih, hanya geli, jengkel dan aneh saja. Geli mengingat mereka dulu saling bantai ketika kampanye dan dalam debat pilpres.
Mereka saling mengkritik program masing-masing. Kadang dengan suara keras, eh ternyata kemudian mau juga pihak yang kalah menyetujui prinsip dan mengikuti perintah presiden yang dulu dikritiknya.
Jengkel karena kita berbagi perasaan dengan para pendukung PS-SU yang tampak di TV sedang berteriak di lapangan dan di aula menyuarakan dukungan sambil mendoakan kemenangan PS-SU. Mungkin dalam pikiran mereka sekarang, tahu begini sih gue dulu tinggal di rumah saja. Sial banget ya.
Aneh, karena kejadian seperti itu hanya terjadi di negara kita yang katanya menganut demokrasi tapi sekarang tanpa oposisi. Demokrasi tanpa oposisi jadi seperti macan tanpa gigi alias ompong.
Aneh tenan demokrasi tanpa oposisi. Lalu apa bedanya dengan di RRC dan Kora Utara ya? Lagipula, SU pernah bilang akan menjadi pengawas pemerintah dari luar dan tidak mau menjadi anggota kabinet. Ternyata sekarang ? Jadinya makin lama makin sedikit, bahkan mungkin tidak ada lagi, tokoh yang bisa dipegang omongannya. Cilaka benar ini negara karena makin miskin tokoh yang bisa dipercaya konsistensinya.
Aneh pula ketika ada pengamat yang mengaitkan risaffel kemarin dengan niat presiden untuk menggadang orang sebagai capres 2024. Memangnya negara ini kerajaan atau dinasti meskipun di tingkat lokal sudah ada dinasti.
Menggadang capres seperti itu berarti menafikan kecerdasan publik untuk memilih capres secara rasional. Lagipula cara mengangkat capres melalui jabatan publik seperti itu adalah cara yang kurang baik dari segi demokrasi. Mestinya biarkan saja parpol atau koalisi parpol membikin konvensi di internal parpolnya masing-masing untuk mengajukan capres, seperti di AS.
Lain dari itu risaffel kemarin ini banyak mendapat kritikan di medsos. Ada yang menyangsikan Menkes baru karena dianggap bukan orang kesehatan. Banyak kekuatiran jangan-jangan vaksin covid benar-benar dianggap komoditas dagang alias tidak gratis. Tapi semoga saja tidak demikian.
Soalnya sekarang ini, ongkos tes covid baik Rapid Test, Antigen apalagi PCR semuanya musti bayar dan mahal. Jadinya publik harus merogoh kantong dalam-dalam jika mau bepergian padahal dompet mereka cekak, tidak setebal dompet taipan dan pejabat.
Yang juga bikin blingsatan kan kebijakan tentang penanganan covid yang selalu berubah. Kadang harus pakai surat lulus covid, kadang tidak. Ada teman yang sudah beli tiket pesawat terpaksa batal pergi setelah tiba di bandara karena harus ikut Test antigen padahal antreannya dua jam.
Akibatnya dia harus melakukan perubahan jadwal pesawat dan cilakanya hari itu tidak ada lagi pesawat berikutnya. Masih untung sebagian penumpang mendapat pergantian uang tiket, tapi kan maskapainya jadi rugi karena terpaksa mengganti duit penumpang.
Kebijakan mulur mungkret seperti ini di satu pihak bisa dipahami karena situasi covid memang selalu berubah. Tapi sebenarnya pemerintah harus belajar dari pengalaman bagaimana menangani covid jika sedang adem dan bagaimana jika tiba-tiba ganas lagi.
Ini maksudnya agar kalau covid sedang ganas, tidak perlu ada kekacauan di bandara dan stasiun akibat sedikitnya tempat Test. Jadi begitu covid mengganas, mestinya segera ada instruksi agar yang berwenang segera melakukan antisipasi agar penumpang dan maskapai tidak dirugikan.
Akibat dari kebijakan yang sering berubah itu, publik jadi meragukan kompetensi para pembantu presiden. Ada yang bilang kok kayaknya mengambil kebijakan asal njeplak alias situasional tanpa pikir tentang manfaatnya kepada publik dalam jangka panjang. Tapi mudah-mudahan hal itu terjadi bukan karena ketidakmampuan mereka. Atau mungkin hanya karena panik akibat dimarahi presiden.
Ya, demikianlah semoga tahun baru nanti bisa membawa situasi dan kondisi yang lebih baik bagi publik. (Prof. AmirSantoso, pengamat politik, Rektor Universitas Jayabaya Jakarta)