LAUT CHINA SELATAN DAN IMPLIKASINYA BAGI NEGARA-NEGARA ASEAN

oleh
oleh

Laksamana Madya TNI (Purn) Freddy Numberi (net)

 

Oleh:  Ambassador Freddy Numberi

 

1.Umum

China mengatakan pihaknya menginginkan hubungan yang erat, ramah dan kooperatif dengan tetangganya di Asia Tenggara. Sepuluh negara-negara anggota ASEAN yang berbatasan dengan Laut China Selatan tentu ingin China lebih terbuka sebagai mitra dialognya. Kekuatan militer China terus tumbuh dan mengklaim jaringan pulau-pulau yang tersebar luas dan sumber daya di sekitar Laut China Selatan.

Laut China Selatan (LCS) merupakan satu perairan semi-tertutup terbesar di dunia. Klaim yang dilakukan China ini tumpang tindih secara substansial dengan klaim setidaknya tiga negara ASEAN, yaitu Vietnam, Filipina dan Malaysia. LCS seluas tiga juta kilometer persegi adalah jantung maritim Asia Tenggara. Ini adalah dua pertiga ukuran wilayah darat gabungan dari semua negara ASEAN.

Negara-negara Asia juga memiliki garis pantai yang menghadap dekat dengan Laut Cina Selatan. Sementara itu, cadangan minyak dan gas di bawah dasar laut L CS ditemukan dan dieksploitasi lebih jauh dari pantai, karena kemajuan dalam teknologi pengeboran dan produksi memungkinkan negara-negara pesisir dan perusahaan energi yang bekerja untuk mereka untuk memanfaatkan hidrokarbon di perairan yang semakin dalam.

Jika China kekuatan militernya kedepan tumbuh sangat signifikan, menjadi bayangan gelap ketidakpastian masa depan hubungan China tidak hanya negara-negara anggota ASEAN, tetapi juga dengan mitradialognya Amerika Serikat (AS), Jepang, India, Korea Selatan dan Australia. Semua negara ini memiliki hubungan penting dengan China. Mereka juga memiliki kepentingan strategis dan komersial yang signifikan di LCS dan di ASEAN.

2. Pembahasan

Di antara negara-negara Asia Tenggara, klaim Beijing atas Kepulauan Spratly di LCS disengketakan oleh Filipina , Malaysia dan Vietnam. Brunei pada tahun 1984 mendirikan zona penangkapan ikan eksklusif yang meliputi Louisa Reef di Kepulauan Spratly selatan tetapi belum secara terbuka mengklaim terumbu karang tersebut.

Sekitar 45 orang militer ditempati oleh China, Filipina, Malaysia, Vietnam dan Taiwan disana. 2 | 3 Kepulauan Spratly membentuk kepulauan yang tersebar luas dengan lebih dari 100 pulau kecil, pulau karang dan terumbu karang ini terletak di sebelah timur jalur laut internasional yang sangat sibuk di LCS.

Jalur laut ini menghubungkan Selat Malaka dan Singapura di Asia Tenggara dengan China, Jepang dan Korea Selatan, ekonomi industri pengimpor minyak utama di Asia Timur Laut. Jalur laut ini membawa sebagian besar perdagangan maritim dunia dan sering digunakan oleh Angkatan Laut Amerika Serikat dan semakin banyak oleh China. Total luas daratan Kepulauan Spratly kurang lebih 410.000 km2, dan dapat digunakan untuk membangun pangkalan Angkatan Laut disana.

Ini digunakan oleh China untuk memperkuat klaimnya atas sumber daya perikanan, minyak dan gas lepas pantai di wilayah yang luas di LCS. China, Taiwan, dan Vietnam mengklaim semua Kepulauan Spratly, perairan sekitarnya dan sumber daya apapun yang dikandungnya.

Filipina dan Malaysia menegaskan kedaulatan atas bagian-bagian kecil Kepulauan Spratly yang paling dekat dengan pantai mereka. Klaim China, Taiwan, dan Vietnam atas LCS jauh lebih luas daripada klaim negara-negara lain. Terutama Vietnam menegaskan kedaulatan atas Kepulauan Paracel serta Kepulauan Spratly. Paracel direbut oleh China dari pasukan Vietnam Selatan pada tahun 1974, saat berakhirnya Perang Vietnam, ketika Hanoi dan Beijing seharusnya menjadi sekutu.

Pasukan China sejak itu, memperkuat garnisun mereka di Kepulauan Hoang Sei dan memperluas landasan pacu bandara disana. Beijing memperkuat cengkraman mereka, karena Beijing melihat letaknya sebagai pos terdepan strategis di tenggara pulau Hainan China. Vietnam menegaskan bahwa Kepulauan Spratly dan Kepulauan Paracel adalah bagian dari wilayah nasionalnya dan secara historis milik Vietnam.

Pada tahun 1930-an, Perancis mencaplok Kepulauan Spratly dan Paracel atas nama koloni Vietnam saat itu. Hanoi memperlakukan Spratly sebagai distrik lepas pantai provinsi Khan Hoa. Klaim Vietnam diluar Kepulauan Spratly dan Paracel mencakup wilayah yang luas. China maupun Vietnam memprotes pada Februari 2009, setelah Filipina mengesahkan undang-undang baru yang menyatakan klaimnya atas beberapa pulau di Kepulauan Spratly dan Scarborough Shoal.

3. Penutup

Klaim China tampaknya jauh lebih luas, mencakup sebagian besar LCS. Batas-batas China yang tepat tidak jelas, namun China berusaha garis berbentuk U (U shape line) yang rusak dan ditarik pada peta resmi China yang dikeluarkan pada tahun 1947. Klaim ini justru ditolak oleh negara-negara ASEAN, yang membawa China ke jantung maritim Asia – Tenggara. (Penulis adalah Laksamana Madya TNI (Purn) Freddy Numberi, mantan Menhub, mantan Menpan-RB, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, mantan Dubes Itali dan Malta, mantan Gubernur Papua, dan pendiri Numberi Center)