Pengunjung Rumah Si Pitung September Turun Setelah Agustus Hampir 2.600 Orang.

oleh
oleh
Pesepeda beristirahat di halaman Rumah Si Pitung.

JAKARTA, REPORTER.ID- Pengunjung Rumah Si Pitung di Situs Marunda Pulo, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara bulan September 2020 sampai Minggu (6/9/2020) 471 orang atau rata-rata 78 orang/hari. Jumlah itu menurun dibandingkan bulan Agustus yang mencapai 2.597 orang atau rata-rata 103 orang/hari.

 

Bang Rony penjual kerak telor.

Namun akhir-akhir ini banyak dari komunitas bersepeda yang berkunjung ke situs Rumah Si Pitung tersebut.
Kepala Satuan Pelayanan Situs Rumah Si Pitung, Agus Ariyanto mengungkapkan hal itu Senin (7/9/2020).
“Akhir-akhir ini banyak kelompok bersepeda yang berkunjung kemari. Minggu yang lalu Walikota Jakarta Utara juga kemari bersama rombongan bersepeda. Kemarin juga ada kelompok bersepeda,” kata Agus lagi.
Hal itu dibenarkan Damra H Atapukan pemandu wisata di Rumah Si Pitung itu. “Memang banyak kelompok bersepeda yang kemari akhir akhir ini,” tambah Damra.

 

Anggota LKB dan Kasatpel Rumah Si Pitung serta sepeda pengunjung.

Lebih lanjut Agus menjelaskan sekarang lingkungan Rumah Si Pitung sudah ditata lebih indah dan fisik Rumah Si Pitung sendiri telah direhabilitasi bagian tiang dan lantai maupun tangga kayu yang sudah rusak. Itu telah dilakukan tahun 2019 yang lalu.

Taman Rumah Si Pitung 2019.

Mengenai karcis elektronik yang telah diberlakukan, kata Agus Ariyanto hal itu tidak mempersulit pengunjung. “Kami ada kerjasama dengan Bank DKI dalam sistem E-ticketing, jadi nggak masalah,” katanya. Hal itu sudah ditangani Rusnawati bagian ticketing Unit Pengelola Museum Kebaharian Jakarta yang ada di Jl Pasar Ikan 1 Jakarta Utara.

Dari catatan bagian tiketing tersebut tercatat  jumlah pengunjung Rumah Si Pitung Januari 2020 mencapai 2.048 orang, Februari 1.936 orang, Maret 672 orang, April dan Mei ditutup. Namun ketika dibuka kembali pengunjung Rumah Si Pitung bulan Juni mencapai 1.426 orang, Juli 1.786 orang dan Agustus melonjak menjadi 2.597 orang. September selama 6 hari hanya 471 orang.

Kepala Sub Bagian Tata Usaha UP Museum Kebaharian Jakarta Mis Ari menjelaskan sistem e -ticketing untuk museum ini baru diberlakukan sejak 22 Agustus 2020 bekerjasama dengan Bank DKI.

Pemandu wisata Rumah Si Pitung, Damra Atapukan mengakui tidak semua pengunjung perlu dipandu. Penyebabnya karena mereka terutama generasi muda sudah mengetahui informasinya dari internet atau Google.
Namun banyak pula yang minta dipandu. Hanya saja hal yang penting disampaikan adalah sejarah rumah panggung itu didasarkan pada SK Gubernur DKI Jakarta No. 9 tahun 1999 ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya yang dilindungi oleh Undang-undang nomor 11 tahun 2010 dengan umurnya yang lebih dari 50 tahun.
Rumah tersebut ada persentuhan sejarah dengan kehidupan Si Pitung.

Sejarah Pitung yang disampaikan ada dua versi. Yang pertama versi H Ridwan Saidi dan yang kedua versi ulama Pituan Pitulung (Pitung) dengan 7 tokoh penolong rakyat kecil. Ketika mendengar Si Pitung ada 7 orang banyak pengunjung yang terheran-heran. Namun setelah diuraikan mereka segera paham dan menyatakan masuk akal.

Rumah Si Pitung ini dibangun sekitar tahun 1880-an milik saudagar penjual dan persewaan keperluan nelayan dan pengusaha tambak keturunan Bugis. Sedangkan kedatangan Si Pitung ke tempat itu sekitar tahun 1890 -an.

Pedagang kerak telor dari Pulogebang , Roy mengaku sudah bertahun tahun tiap Sabtu berjualan makanan khas Betawi di Rumah Si Pitung.  “Hari Sabtu kemarin laku 10 Pak. Hari Minggu ini  sampai 30 kerak telor terjual,” kata Bang Roy dengan wajah semringah.

Dia juga mengakui akhir-akhir ini sering rombongan bersepeda datang ke Situs Marunda itu dari arah selatan menyusuri jalan inspeksi Banjir Kanal Timur (BKT). “Saya juga lewat jalan BKT kalau kemari namun naik motor,” ungkapnya.

Memang menyusuri BKT pemandangannya hijau dan indah dengan aliran air dari Cipinang Besar Selatan ke hilir sampai Marunda. Kata Marunda inipun ada sejarahnya yang menurut peneliti lapangan sejarah toponimi H Surya Atmadja berasal dari kata Muara Sunda. (Suprihardjo).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *