DIBAKAR LUKA

oleh
oleh

Budayawan Butet Kartaredjasa (net)

 

Oleh : Butet Kartaredjasa

 

Luka itu bara bisa menyala, luka itu energi, bisa berdaya.

Aku lahir dari luka-luka sejarah yang berdarah dari rahim yang dicabik-cabik kejahatan penguasa.

Asupan giziku, campuran nanah dan amarah.

Tapi aku menjadi dewasa dan perkasa.

Luka itu api, bisa membakar, luka itu pelita bisa bercahaya.

Aku tumbuh di belukar penuh ranjau, tetap tegak meski dihunus pisau.

Aku bernapas, hembusanku menghalau ancaman dan rintauan.

Aku mendengus, dengusanku melabrak segala kejahatan.

Seribu lembing menumbak lambungku.

Seribu luka jadi lukisan di tubuhku.

Tapi meski tubuh ku penuh tatu, aku tidak membeku, tidak membatu.

Aku melawan, membusukkan siasat licik penuh kebohongan.

Luka itu bara, luka itu energi, luka itu api, luka itu cahaya.

Maka aku bertanya, jika hari ini putaran sejarah berulang lagi, pertanyaanku, apa kalian menyerah?

Pasrah dininabobokan akal-akalan yang memalukan.

Apakah kalian pasrah? Tidak.

Apa kalian akan biarkan pengkhianatan yang terang benderang? Tidak.

Apa kalian tidak terjaga dan melawan, ketika bangsa dan negara dikangkangi ambisi perpanjangan kekuasaan semata-mata.

Apa kalian tidak melawan? Melawan.

Ya meskipun luka itu bara.

Luka itu energi.

Luka itu api.

Dan luka itu cahaya.

Kita, kita yang dipahati luka tetaplah menjadi pelita.

Usir kegelapan bangsa dan negara.

Kita harus tetap terjaga.

(Puisi berjudul ‘Dibakar Luka’ ini dibacakan Budayawan Butet Kartaredjasa di hadapan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri pada peringatan HUT ke-52 PDIP di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jaksel, Jumat, 10 Januari 2025).