JAKARTA, REPORTER.ID- Banyak adat budaya Betawi yang kini telah hilang dalam acara perkawinan Betawi di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Di antaranya adalah acara membawa duit ke pihak perempuan setelah lamaran, acara pingitan atau dipiara, acara namatin atau khataman Qur’an, dan acara nyambat ngampak.
Demikian diungkapkan seorang peneliti sejarah toponimi dan budayawan Betawi Surya Atmadja di Cakung, Jakarta Timur, Selasa (12/1/2021).
“Hilangnya adat budaya Betawi tersebut saya rasakan mulai tahun 1980, ketika saya menghadiri acara perkawinan di Cakung,” kata Surya Atmadja yang biasa dipanggil Suhu Jaja sebagai ketua padepokan silat Betawi.
Acara bawa duit kata Surya, dahulu biasa dilakukan setelah acara lamaran.“Jadi setelah lamaran diterima dan terjadi kesepakatan antara dua keluarga dari pihak laki laki dan dari pihak perempuan, maka ditentukanlah hari dan tanggal untuk acara sorogan yang dalam istilah Betawi disebut Bawa Duit,” ujarnya.
Biasanya dalam acara ini pihak pengantin laki laki membawa barang bawaan seperti ranjang, lemari pakaian dan lemari hias. Sedangkan duit atau uang dan pakaian wanita biasanya ditaruh di dalam kapal kapalan.“Ini terbuat dari rangka bambu dan lembaran kertas minyak yang berbentuk kapal layar. Kapal itu dihiasi bunga bunga kertas, dilengkapi pula dengan kue sorogan dan buah buahan yang dihias dan ditancapi bendera segi tiga aneka warna yang terbuat dari kertas minyak,” ujarnya.
Ketika boyongan ini sudah sampai di rumah calon mempelai wanita, maka kue dan buah- buahan itu akan diperebutkan oleh warga yang menyaksikan acara tersebut.
Sementara perabot rumah tangga dan kapal layar yang isinya uang dan pakaian akan diserahkan kepada orang tua calon mempelai wanita.
Sedang untuk pingitan, orang Betawi menyebutnya dipiara.
Calon mempelai wanita sebelum tanggal pernikahan dan resepsinya akan dipiara atau dipingit selama 40 hari.
Itu dilakukan bukan di rumah orangtuanya sendiri melainkan di rumah guru ngajinya atau di rumah sesepuh masyarakat.
“Selama itu tidak boleh dijenguk oleh calon mempelai prianya,” kata Surya Atmadja.
Dikatakannya, acara Namatin atau Khataman Qur’an biasanya dilakukan di hari pertama hajatan. Orang Betawi menyebutnya Hari Mangkat yaitu sebelum hari kedua, hari undangan.
Ada lagi acara pacaran yang biasanya dilakukan saat acara besanan.
Setelah kedua mempelai duduk di pelaminan lalu kuku tangan dan kuku kaki dari jemari kedua mempelai akan ditaburi bubuk daun pacar yang ditumbuk.
Ada lagi adat Betawi yang hilang yakni acara Nyambat Ngampak.
Acara ini biasanya dilakukan sebulan sebelum acara resepsi pernikahan di rumah mempelai wanita ataupun pria.
“Bila acara nyambat ngampak dilaksanakan di rumah mempelai wanita, maka sang calon mempelai pria musti menyambat teman temannya untuk mengampak kayu bakar di rumah calon mempelai wanitanya itu,” kata Surya, anak Dalang Mardjuki. Dalang wayang kulit Betawi ini terkenal tahun 1955 sampai 1993 di Jakarta bagian timur dari Sukapura, Cakung sampai Pulo Jahe.
Menanggapi hal itu Sekretaris Umum Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) Imron Hasbullah ketika dihubungi Reporter Rabu (13/1/2021) membenarkannya, walaupun tidak 100 persen.
“Untuk mengantisipasinya maka LKB sudah membuat video prosesi pernikahan ala Betawi, Pak. Itu ada di youtube Lembaga Kebudayaan Betawi. Silakan disimak saja,” ujarnya.
Namun Imron menegaskan adat budaya Betawi itu di masing masing wilayah juga berbeda beda.
Semisal di wilayah pertama memakai adat pengantin wanita dipingit, di wilayah lainnya tidak.
“Masyarakat Betawi memang egaliter. Jadi memilah milah mana yang wajib dijalani. Yang satu menganut adat tertentu yang lainnya tidak. Namun yang landasannya agama (Islam) maka wajib dilaksanakan,” tandas Imron.
Dengan demikian sulit dikatakan adat pingit itu sudah hilang. Sebab ada juga di wilayah budaya Betawi yang tak kenal keharusan memingit calon pengantin wanita.
Seperti diketahui dengan perkembangan kota Jakarta sejak bernama Batavia dahulu, banyak masyarakat Betawi yang minggir ke wilayah Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Karenanya wilayah budaya Betawi juga meliputi Jabodetabek tersebut. (PRI).
Banyak Adat Budaya Betawi yang Hilang seperti Bawa Duit Boyongan dan Pingitan
